Lagi-lagi, sebuah stasiun TV menayangkan sebuah liputan yang menyebutkan bahwa jaringan teroris direkrut dari anak2 rohis di sekolah-sekolah. Sehingga rohis-rohis di sekolah menurut media tersebut identik dengan jaringan terorisme.
Ketika mendegar hal tersebut, jujur aja, saya sangat kesal. Seenaknya menjudge seperti itu. Saya yakin mereka tidak pernah melakukan penelitian dan mungkin juga ada indikasi untuk merusak citra Islam. Tapi ya bodo amet lah dengan urusan politik, konspirasi lala lili. Saya akan menceritakan perubahan hidup saya melalui rohis.
Ketika SMP dan SMA, sebetulnya saya tidak terlalu aktif di eskul Rohis (Rohani Islam), karena jujur aja, ketika itupun saya tidak terlalu suka dengan image anak2 rohis yang kaku. Dan waktu SMA pun waktu saya dihabiskan untuk eskul yang lain. Tetapi, dalam hati saya masih ingin sekali mempelajari agama saya sendiri.
Baru saat kuliah di Fakultas Seni RUpa Desain ITB (FSRD ITB) tahun 2007, saya mulai tertarik mengikuti rohis. Ketika itu, saya diajak senior saya untuk mengikuti acara buka puasa bersama dengan Keluarga Islam Seni Rupa (KISR). Saya terkaget-kaget, ternyata anak KISR (saya tidak menyebut rohis lagi ya) ternyata jauh dari gambaran saya tentang anak rohis. Ternyata mereka sangat "gila", heboh, dan sangat ramah.
Waktu demi waktu pun, disela kegiatan akademis, unit kegiatan mahasiswa lainnya dan ospek pun saya meluangkan waktu untuk datang ke acara KISR tersebut. Tahun kedua pun, saya mulai mengikuti program mentoring dari Gamais ITB (rohis pusat nya iTB gitu).
Dari mentoring tersebut, saya mendapatkan banyak hal.membuka pikiran saya tentang Islam dan merubah cara saya memandang tentang berbagai hal seperti masalah sehari-hari, tujuan hidup, dan cara menghadapi masalah dari sudut pandang Islam. Dan saya jadi semakin yakin bahwa solusi dari permasalahan bangsa, dari skala individu hingga skala negara dapat sebetulnya dapat diselesaikan dengan nilai-nilai Islam.
Saya baru bisa membedakan Islam dan Muslim. Masalah yang hinggap pada umat Muslim sekarang, bukan karena mereka mengikuti nilai Islam, tetapi muslim sekarang cenderung menjauhi nilai Islam dan juga ada cara pandang yang sedikit keliru dari Muslim tentang Islam (khususnya di Indonesia). Islam umumnya dipandang hanya mengatur urusan solat, puasa dan zakat. Padahal, segala perbuatan kita sehari-hari yang baik, itupun juga nilai Islam, seperti etos bekerja keras, pola pikir optimis, berbisnis dengan jujur dll.
Tahun ketiga pun akhirnya saya mengajukan diri menjadi calon ketua KISR dan terpilih. Beberapa pihak pun pada kaget, khususnya orang tua saya. " nak, kamu gak terlibat teroris kan? kamu gak terlibat aliran sesat kan? " dan pertanyaan-pertanyaan paranoid lainnya. Saya pun menjelaskan bahwa KISR ini tidak (tidak secuilpun) berafiliasi dengan jaringan teroris maupun aliran sesat. dan orang tua pun sedikit tenang (meskipun setiap waktu masih menanyakan hal yang sama haha).Teman2 SMA pun beberapa kaget, dan langsung (kurang lebih) menanyakan hal yang sama hahah.
Banyak sekali perubahan yang saya dapatkan ketika menjadi ketua KISR.antara lain :
- Pastinya peningkatan kapasitas ilmu Islam,
- Peningkatan skill berorganisasi, seperti melatih kecepatan mengambil keputusan, mengatur strategi mengatasi permasalah organisasi,
- Mengubah pola pikir. saya yang sering pesimis, menjadi lebih optimis, serta pola pikir lebih baik berkontribusi sekecil apapun daripada hanya mengeluh dll.
- Etos Kerja. Etos kerja saya berubah dari saya yang pemalas menjadi lebih gigih.
- dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan karena banyak sekali.
Selama di KISR inilah saya mendapatkan teman-teman terbaik.
Ketika saya kehilangan semangat, mereka memotivasi saya.
Ketika saya melakukan kekhilafan, mereka menegur saya dengan baik.
Ketika saya tidak tahu akan suatu hal, mereka mengajarkan saya
Ketika saya berkeluh kesah, mereka lah yang paling pertama mendengarkan.
Merekalah yang menjaga saya dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, terlebih lagi pergaulan FSRD cenderung masuk kategori cukup bebas dan liberal.
Kalo gak ada KISR, mungkin saya ya gitu2 aja. gak ada perubahan, statis, "normal".
Sekalipun gak pernah saya disuruh atau nyuruh jadi pilot nabrakin pesawat ke gedung, jadi Bom bunuh diri ke kedutaan AS, bikin negara esklusif di dalam negara, ngecuri punya orang dengan berbagai pembenaran halal, ngeteror bule di Bali. Paling juga ngeteror hati wanita (Eaaaa).
Jadi kalo Rohis (khususnya KISR) dituduh sarang teroris. satu kata
ENAK AJA.......! eh itu dua kata deng. : b
Bagi orang tua, jangan takut kalo anaknya ikut dan terlibat pada acara-acara Rohis. :D
(tentunya, orang tua harus tetap membimbing :D)
Ketika mendegar hal tersebut, jujur aja, saya sangat kesal. Seenaknya menjudge seperti itu. Saya yakin mereka tidak pernah melakukan penelitian dan mungkin juga ada indikasi untuk merusak citra Islam. Tapi ya bodo amet lah dengan urusan politik, konspirasi lala lili. Saya akan menceritakan perubahan hidup saya melalui rohis.
Ketika SMP dan SMA, sebetulnya saya tidak terlalu aktif di eskul Rohis (Rohani Islam), karena jujur aja, ketika itupun saya tidak terlalu suka dengan image anak2 rohis yang kaku. Dan waktu SMA pun waktu saya dihabiskan untuk eskul yang lain. Tetapi, dalam hati saya masih ingin sekali mempelajari agama saya sendiri.
Baru saat kuliah di Fakultas Seni RUpa Desain ITB (FSRD ITB) tahun 2007, saya mulai tertarik mengikuti rohis. Ketika itu, saya diajak senior saya untuk mengikuti acara buka puasa bersama dengan Keluarga Islam Seni Rupa (KISR). Saya terkaget-kaget, ternyata anak KISR (saya tidak menyebut rohis lagi ya) ternyata jauh dari gambaran saya tentang anak rohis. Ternyata mereka sangat "gila", heboh, dan sangat ramah.
Waktu demi waktu pun, disela kegiatan akademis, unit kegiatan mahasiswa lainnya dan ospek pun saya meluangkan waktu untuk datang ke acara KISR tersebut. Tahun kedua pun, saya mulai mengikuti program mentoring dari Gamais ITB (rohis pusat nya iTB gitu).
Dari mentoring tersebut, saya mendapatkan banyak hal.membuka pikiran saya tentang Islam dan merubah cara saya memandang tentang berbagai hal seperti masalah sehari-hari, tujuan hidup, dan cara menghadapi masalah dari sudut pandang Islam. Dan saya jadi semakin yakin bahwa solusi dari permasalahan bangsa, dari skala individu hingga skala negara dapat sebetulnya dapat diselesaikan dengan nilai-nilai Islam.
Saya baru bisa membedakan Islam dan Muslim. Masalah yang hinggap pada umat Muslim sekarang, bukan karena mereka mengikuti nilai Islam, tetapi muslim sekarang cenderung menjauhi nilai Islam dan juga ada cara pandang yang sedikit keliru dari Muslim tentang Islam (khususnya di Indonesia). Islam umumnya dipandang hanya mengatur urusan solat, puasa dan zakat. Padahal, segala perbuatan kita sehari-hari yang baik, itupun juga nilai Islam, seperti etos bekerja keras, pola pikir optimis, berbisnis dengan jujur dll.
Tahun ketiga pun akhirnya saya mengajukan diri menjadi calon ketua KISR dan terpilih. Beberapa pihak pun pada kaget, khususnya orang tua saya. " nak, kamu gak terlibat teroris kan? kamu gak terlibat aliran sesat kan? " dan pertanyaan-pertanyaan paranoid lainnya. Saya pun menjelaskan bahwa KISR ini tidak (tidak secuilpun) berafiliasi dengan jaringan teroris maupun aliran sesat. dan orang tua pun sedikit tenang (meskipun setiap waktu masih menanyakan hal yang sama haha).Teman2 SMA pun beberapa kaget, dan langsung (kurang lebih) menanyakan hal yang sama hahah.
Banyak sekali perubahan yang saya dapatkan ketika menjadi ketua KISR.antara lain :
- Pastinya peningkatan kapasitas ilmu Islam,
- Peningkatan skill berorganisasi, seperti melatih kecepatan mengambil keputusan, mengatur strategi mengatasi permasalah organisasi,
- Mengubah pola pikir. saya yang sering pesimis, menjadi lebih optimis, serta pola pikir lebih baik berkontribusi sekecil apapun daripada hanya mengeluh dll.
- Etos Kerja. Etos kerja saya berubah dari saya yang pemalas menjadi lebih gigih.
- dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan karena banyak sekali.
Selama di KISR inilah saya mendapatkan teman-teman terbaik.
Ketika saya kehilangan semangat, mereka memotivasi saya.
Ketika saya melakukan kekhilafan, mereka menegur saya dengan baik.
Ketika saya tidak tahu akan suatu hal, mereka mengajarkan saya
Ketika saya berkeluh kesah, mereka lah yang paling pertama mendengarkan.
Merekalah yang menjaga saya dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, terlebih lagi pergaulan FSRD cenderung masuk kategori cukup bebas dan liberal.
Kalo gak ada KISR, mungkin saya ya gitu2 aja. gak ada perubahan, statis, "normal".
Sekalipun gak pernah saya disuruh atau nyuruh jadi pilot nabrakin pesawat ke gedung, jadi Bom bunuh diri ke kedutaan AS, bikin negara esklusif di dalam negara, ngecuri punya orang dengan berbagai pembenaran halal, ngeteror bule di Bali. Paling juga ngeteror hati wanita (Eaaaa).
Jadi kalo Rohis (khususnya KISR) dituduh sarang teroris. satu kata
ENAK AJA.......! eh itu dua kata deng. : b
Bagi orang tua, jangan takut kalo anaknya ikut dan terlibat pada acara-acara Rohis. :D
(tentunya, orang tua harus tetap membimbing :D)
Saya dan anak KISR ketika rapat LPJ |
Ketika jalan-jalan ke Boscha, Lembang |
ketika ke Boscha, Lembang Juga |
Jalan-jalan pengurus, ke Gunung Batu, Lembang |
Abis Diklat untuk calon pengurus baru |
Serah terima jabatan ke angkatan bawah |
Komentar
Posting Komentar