Setelah dari Pulau Komodo, keesokan harinya, kami menuju destinasi wisata berikutnya, yaitu, Danau Tiga Warna, alias Danau Kelimutu. Danau Kelimutu yang terletak di deket desa bernama Moni harus ditempuh sekitar 14 jam menggunakan mobil. Namun karena perjalanan dibagi menjadi 2 sesi, Labuan Bajo-Badjawa, Badjawa-Moni.
Dengan kondisi geografis pulau Flores yang berkontur perbukitan, menyebabkan jalan antar kota berupa jalan berkelok tapal kuda tanpa henti dan naik turun bukit. Hasilnya? SAYA MUNTAH 2 KALI. Terima kasih kepada antimo yang telah meredakan mabuk darat saya selama perjalanan berikutnya.
Dalam perjalanan menuju kota Badjawa, kami berhenti dan melihat pemandangan tidak lazim, yaitu Sawah berbentuk potongan pizza. Orang Flores menyebutnya Sawah Linkolindang. Supir sewaan kami hanya menyebutkan sedikit info tentang Sawah tersebut. 1 Lingkaran sawah berarti untuk 1 suku atau keluarga. saya lupa.
|
Sawah Linkolindang |
|
Sawah ini dikelilingi bukit2 |
Setelah beberapa jam kami sampai di kota Badjawa dan menginap semalam.
|
Landscape kota Badjawa |
|
Disebelah hotel ada yang melihara babi ternyata |
|
Pasar Setempat |
Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan, dan pagi itu dimulai ke sebuah desa tradisional bernama Bena. Konon, desa ini sudah berumur ratusan tahun dan masih mempertahankan tradisinya berupa upacara-upacara. Untungnya hari itu tidak ada upacara. Kalo ada, kami harus mengikuti upacara tersebut hingga selesai oleh ketua adat.
|
Desa Bena |
|
Rumah-rumah tradisional setempat. |
|
Konfigurasi atap bambu untuk mencegah air masuk |
|
Ukiran kayu pada rumah tradisional |
|
Ukiran 2 |
|
Pemandangan desa bena dari sisi yang berlawanan |
|
Kalo gak salah ini untuk semacam tempat naro sesajen |
|
Tempat pemujaan dari susunan batu. |
Ende merupakan persinggahan berikutnya meski tidak menginap. Kota ini terletak di pesisir pantai dan salah satu kota besar di Flores. Kami mengunjungi situs rumah Bung Karno ketika diasingkan oleh penjajah Belanda. Di kota inilah menurut berbagai sumber, Bung Karno merumuskan Pancasila. di Situs ini, kita bisa melihat barang2 yang pernah dipakai Bung Karno seperti cangkir, tempat tidur, dan buku serta karya seni Bung Karno berupa lukisan yang menggambarkan upacara adat Bali
|
Situs Rumah Bung Karno ketika pengasingan |
Sekitar-beberapa jam dari Ende, kami sampai di desa bernama Moni. Disinilah kami menginap dan mempersiapkan diri untuk menuju Danau Kelimutu di puncak sebuah gunung. Untuk melihat Danau Kelimutu, wisatawan harus berangkat subuh-subuh agar dapat melihat sunrise dan juga karena sekitar jam 9an, sudah tertutup kabut.
Jam 4 kami pun sudah berangkat menuju Danau Kelimutu. Sekitar jam 5an kami sudah sampai.....di tempat parkirnya. Kami harus jalan kaki sekitar 20 menit agak menanjak menuju lokasi yang dapat melihat ketiga danau tersebut.
Pemandangan yang cukup unik diperlihatkan dari 3 danau tersebut yang masing berwarna Hitam, Hijau susu, dan Hijau susu yang lebih muda. Sayangnya tidak didukung oleh cahaya matahari yang tertutup tebing-tebing danau tersebut. Baru sekitar jam 7.30 cahaya mulai menyinari danau tesebut dan kami habiskan waktu dengan berfoto-foto ria.
|
Sunrise di Danau Kelimutu |
|
Danau Kelimutu dari berbagai sisi |
|
Perbatasan dua danau |
|
Danau berwarna hitam |
|
Saya dan Kondisi Tebing sekitar danau Kelimutu |
Jam 8.30 kami sudah kembali turun gunung menuju hotel dan kembali menuju Labuan Bajo.
|
Pemandangan perbukitan selama diperjalanan dari Badjawa |
Selama diperjalanan pulang, ada pengalaman menarik, yaitu berhenti di sebuah tempat produksi arak tradisional yang bernama Soa (kalo gak salah). Soa dibuat dari getah sebuah pohon lokal. Kemudian di bakar ditungku, uap airnya itu yang dijadikan Soa.
|
Dijual dalam botol Aqua. Harga berkisar 50-100 Ribu. |
|
Tungku Pembakaran untuk pembuatan Soa |
Selain itu, kami juga menyempatkan diri masak-masak di pinggir sebuah sungai karena ketika itu restoran-restoran pada tutup karena libur menyambut tahun baru. Sehingga untuk ganjel perut kami memasak Indomie.
Kami kembali nginep di Badjawa, besoknya sampai ke Labuan Bajo
|
Sungai....aduh lupa namanya |
|
Kakak yang sedang memasak Indomie, untung bawa kompor |
|
Ngopi di pinggir sungai. |
TRIVIA
- Pembangunan Infrastruktur di NTT khususnya telekomunikasi belum bagus. Selama perjalanan, sinyal hanphone hanya muncul di kota-kota besarnya seperti Badjawa, Ende,Labuan Bajo. Itupun juga untung2an. Sinyal yang cukup stabil disana adalah T*lkomsel
- Di pulau Flores ini, BBM tergolong cukup langka. Antrian yang sangat panjang adalah pemandangan lazim di SPBU.
- Pulau Flores kini mulai diminati oleh wisatawan mancanegara dengan berbagai alasan. Pertama karena memang alamnya sangat indah, dan juga menurut orang bule yang saya temui di jalan.. "ohh, i like here it's better than Bali. Bali is too CROWDED!"
- Tidak seperti bayangan saya tentang NTT yang gersang, pulau Flores ini adalah bagian NTT yang paling Subur. Flores adalah penghasil padi, daging sapi dan sayuran.
- Sekali lagi saya ingatkan, bagi anda yang mudah mabuk darat, saya sarankan segera minum Antimo sebelum naik mobil, karena jalan lintas kota di Flores ini sangat ekstrem belok-beloknya!
- Ada sebuah lelucon dari supir sewaan kami tentang arak Soa, ia orang Flores asli. "Minum sedikit Soa, teler. Minum banyak, perang antar suku".Menggambarkan betapa keras efek minuman tersebut.
- Danau Kelimutu selalu berubah warna. Konon katanya dulu pernah berubah menjadi Biru, Kuning dan Merah saat sebelum Pemilu 2004. Entah kebetulan atau tidak, saat itu partai yang dominan memang partai berwarna Biru, Kuning dan Merah. :D
Sampai jumpa di perjalanan berikutnya!
Komentar
Posting Komentar