Langsung ke konten utama

ILMU, PENGAJARAN & PERKEMBANGAN INDONESIA


Catatan: saya nulis dari perspektif saya sebagai muslim di Indonesia ya, karena itu kebanyakan yang saya tahu masih tokoh-tokoh muslim. Bukan bermaksud mengesampingkan tokoh agama lain : )

http://duniaperpustakaan.com/2013/09/kemunduran-umat-islam-karena-umatnya-malas-membaca/

Berkaca pada kondisi peradaban Islam pada artikel tersebut, sebetulnya dapat kita jadikan sebagai pelajaran untuk kita sebagai bangsa Indonesia pada umumnya dan khususnya sebagai Muslim. Keterpurukan suatu peradaban  salah satunya adalah disebabkan oleh tidak menguasai ilmu. Baik ilmu agama (khususnya Islam) dan ilmu pengetahuan umum (sains, teknologi, seni, ilmu sosial dll). Baik karena tidak mendapat akses, mengabaikan, atau malas. Sebagai contoh, zaman dahulu peradaban Islam yang berpengaruh besar pada tatanan dunia dapat kolaps dan kalah bersaing dengan peradaban barat yang (mungkin) hingga saat ini. Peradaban Islam yang besar tersebut, dalam beberapa dekade dapat dikalahkan oleh peradaban barat dengan (salah satunya) semangat tinggi dalam menguasai ilmu pengetahuan.

Beralih ke zaman pra kemerdekaan, hal tersebut  telah dirasakan oleh para-para pejuang kita sebelum kemerdekaan bahwa dengan tidak menguasai ilmu maka bangsa Indonesia tidak akan maju, merdeka di berbagai bidang dan akan selalu jadi ‘bulan-bulanan’ bangsa lain.

Menyadari hal tersebut, tokoh-tokoh kemerdekaan pun bergerak mencari solusi bagaimana caranya ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ dengan caranya masing-masing. Beberapa tokoh dibawah ini menjadi contohnya :

1. Muhammad Natsir
Salah satu tokoh penting pada perpolitikan dan pendidikan Indonesia ini pada waktu mudanya (hingga akhir hayatnya) rajin membaca buku-buku, khususnya buku-buku Islam. Di sekolah pun ia selalu berprestasi. Hingga ia menyadari kondisi masyarakat yang minim pendidikan (khususnya pendidikan agama) membuat ia mengurungkan niatnya untuk kuliah jurusan Hukum, dan mendedikasikan dirinya untuk belajar Agama islam, dan mengajarkannya kepada masyarakat, khususnya anak2. Dalam mempersiapkan diri, ia pun juga mempelajari buku-buku barat yang membahas pedagogi (pengajaran anak). Dengan modal dan fasilitas seadanya ia pun menyelenggarakan kursus agama Islam di Bandung sebagai backup dari sekolah Kolonial yang kurang pelajaran tentang Islam. Selain itu ia juga membuat tulisan-tulisan tentang ajaran Islam dan dikaitkan dengan isu-isu kontemporer di berbagai majalah dengan Bahasa Belanda (Bahasa hipsternya jaman penjajahan). Beberapa gagasannya dijadikan landasan untuk pendidikan Islam secara modern, yaitu, mengajarkan Islam, tanpa melupakan ilmu pengetahuan umum dengan sistematis, yang konon sekarang menjadi IAIN/UIN.

2. Ahmad Dahlan
Pendiri organisasi Muhammadiyah ini pada mudanya rajin mempelajari ilmu Islam dan pengetahuan umum ke berbagai Ustadz/guru di sekitaran pulau Jawa. Ia mengalami pengalaman ‘pendidikan internasional’ nya ketika ibadah haji ke berbagai ulama dan bertukar pikiran dengan tokoh-tokoh dari negara lain membuat wawasannya semakin luas. Kembali ke Indonesia, ia melihat bahwa rakyat (khususnya jojga) cenderung terpuruk secara pendidikan, penyimpangan agama, dan ekonomi. Berawal dari membuat kelas-kelas kecil untuk anak sekitar, Ia pun mendirikan organisasi  Muhammadiyah yang berfokus di bidang pendidikan dan sosial, yang kelak akan menjadi salah satu lembaga pendidikan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Ia tidak segan-segan belajar dari siapapun, ia pernah terlibat di organisasi Boedi Oetomo dan Sarikat Islam untuk mempelajari organisasi modern yang kelak diterapkan pada Muhammadiyah.

3. Soekarno
Tokoh proklamator ini gemar sekali membaca buku. Berbagai jenis buku dilahapnya sejak ia kecil. Hal tersebut membuat wawasannya sangat luas. Selain itu, ia sering melatih dirinya berpidato dan menulis, sehingga seperti kita ketahui dari buku-buku sejarah bahwa ia adalah orator ulung.  Ia pun memiliki gagasan kemerdekaan bangsa Indonesia yang menjadi dedikasinya selama hidupnya. Meski kerap diasingkan pemerintah Belanda, ia selalu mencoba menularkan gagasan kemerdekaannya, seperti yang dilakukan di Ende. Ia membuat Tonil (semacam operet/sandiwara) bernama “Dr. Setan” yang tidak lain merupakan kiasan dari kemerdekaan Indonesia.
Selain itu, dari kumpulan korespondensi antara Soekaro dan seorang Ulama bernama Ahmad Hassan yang dikenal “Surat-Surat Islam dari Ende”, ia menyatakan kekhawatirannya kepada masyarakat yang masih kurang ilmunya yang menyebabkan tidak bisa berbuat banyak menghadapi penjajahan. Di Ende ia pun kerap mengajak kumpul kepada masyarakat untuk bertukar pikiran agar dapat melakukan transfer ilmu, serta ia memberikan saran-saran kepada Ahmad Hassan untuk mendirikan pesantren yang tidak melupakan ilmu pengetahuan umum pada kurikulum pendidikannya.

Dari 3 tokoh tersebut, kita dapat mempelajari bahwa, agar bangsa Indonesia dapat semakin maju dan berkembang, maka diperlukan :
1. PEMAHAMAN & PENGUASAAN ILMU (agama dan pengetahuan umum) untuk diri sendiri agar memiliki wawasan yang luas dan membaca serta mengatasi permasalahan yang terjadi di masyarakat. Bisa dengan sekolah setinggi-tingginya, belajar dari yang lebih tahu, dan baca buku

2. MENYEBARLUASKAN ILMU yang kita punya kepada orang lain, agar penyebaran ilmu di lingkungan terdekat kita dapat meluas.yah semacam pemerataan ilmu pengetahuan Bisa dengan forum-forum, jadi dosen/guru, tulisan, video dll.


Demikian. Semoga bermanfaat!

Dirgahayu NKRI ke-69!

Referensi :
(sorry, penulisan gak sesuai tata tulis ilmiah haha)
-  “M. Natsir sebuah Biografi” oleh Ajib Rosidi
-  “Total Bung Karno” oleh Roso Daras
-  “Kisah Istimewa Bung Karno” oleh Herman Kartowisastro, Julius Poor, Rosihan Anwar, dkk
-  “Teknologi di Nusantara, 40 abad hambatan Inovasi” oleh M.Sahari Besari
-  “Desain dan Kebudayaan” oleh Widagdo
-  http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/03/03/m0bajh-ini-penyebab-kehancuran-tiga-imperium-islam-raksasa
-  http://duniaperpustakaan.com/2013/09/kemunduran-umat-islam-karena-umatnya-malas-membaca/
- http://www.muhammadiyah.or.id/id/2-content-179-det-sejarah-berdiri.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperas...

Sifat-Sifat Nobita Yang Mungkin Ada di diri Kita dan Perlu Kita Hindari

Tentunya saya adalah pembaca dan penggemar komik Doraemon. Membaca komik mungkin buat sebagian orang adalah kegiatan yang sia-sia. Padahal kita dapat mengambil berbagai pelajaran di dalamnya. Terutama sifat manusia yang lemah. Mungkin kita pernah mengalami apa yang dirasakan karakter Nobita. Dan kadang kita menertawakan (dengan satir) perasaannya Nobita. Sifat-sifat karakter Nobita adalah kombinasi dari sifat-sifat yang perlu kita hindari, khususnya kita sebagai Muslim : )   Apa saja? mari kita bahas:  1. Pemalas dan Mental Instan Sifat malas akan selalu berorientasi kepada hasil, bukan proses. Nobita selalu "apa-apa Doraemon, apa-apa Doraemon" dan selalu mengharapkan hasil terbaik tetapi tanpa niat yang kuat,   berusaha semaksimal mungkin dan gak mau mikir. Ya susah atuh kayak gini mau sukses. (sambil jleb). Kerjaannya gini......... Ketika mencoba serius teralihkan untuk yang gak-gak Tapi harapan hasilnya pengen tinggi, jadinya...... Syarat...

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Ba...