memang telat banget nulisnya, karena ngedaki gunungnya udah dari Februari. Lebih baik ditulis daripada tidak.
Setelah sekitar 4 tahun saya tidak naik gunung, terakhir tahun 2009 mendaki gunung Kinabalu di Malaysia, akhirnya dapat melepas kerinduan asyiknya naik gunung tahun 2013 ini. Teman-teman seangkatan seperjuangan saya di , Organisasi Pecinta alam SMA 28 Jakarta, URAL 28, akhirnya dapat berkumpul kembali untuk mendaki gunung! Gunung yang akan didaki adalah, salah satu gunung kesohor di Jawa Barat, yaitu Gunung Papandayan. Sempat khawatir pendakian gagal mencapai puncak karena memang saya sudah lama tidak latihan fisik secara intensif dan perut yang bergelambir. Namun, berbekal olahraga 2 kali seminggu joging, ...okelah, lebih seringnya 1 kali seminggu dan pengalaman mendaki gunung-gunung sebelumnya saya putuskan untuk ikut.
1 Februari 2013 Magrib, saya berangkat ke Terminal Guntur Garut dengan menggunakan Bus dari terminal Caheum, Bandung. Saya janjian dengan teman-teman langsung di terminal tersebut. jam 9 saya sudah sampai , dan setelah makan malam, saya menunggu di mesjid dekat terminal hingga esok dini hari. Setelah teman-teman sampai dan mempacking ulang barang, kami berangkat ke Desa Cikajang, pintu masuk pendakian, dengan mencarter angkot.
Pendakian di mulai sekitar jam 8 dengan cuaca yang cukup cerah. Awal pendakian kami disambut pemandangan menarik! Formasi bebatuan dan lanscape Gunung Papandayan yang dihiasi beberapa titik yang mengeluarkan gas sulfur (Gunung ini adalah gunung aktif) menjadi pemandangan yang membuat kami jalan dikit, foto-foto, jalan dikit foto.
Inilah anggota tim pendaki kami |
saya dan pemandangan "pembuka" |
Sungai kecil menjadi salah satu rintangan pendakian |
Beginilah Landscape rute pendakian |
Singkat cerita, setelah membuat kami ngos-ngosan melewati tanjakan-turunan dan melewati sungai, akhirnya kami mencapai lokasi perkemahan, yaitu Pondok Saladah sekitar jam 12an. Setelah istirahat sejenak Langsung kami mendirikan tenda dan menyiapkan makan siang.Landscapenya kayak apa, liat difoto aja ya, dijelasin pake kata susah hehe.
Namun,Siang menuju sore, kami dihantam hujan deras yang membuat kami merelokasi tenda karena lokasi sebelumnya menjadi jalur air dan membuat parit. dan juga mengurungkan niat kami untuk melanjutkan ke puncak Tegal Alun karena sangat berbahaya ketika Hujan, kalau tidak mau dibilang mager karena udah Pewe ditenda : D . Malam itu kami habis kan di Pondok Saladah untuk makan-makan sambil ngobrol-ngobrol nostalgia dan kabar terkini dengan diselimuti bintang-bintang dilangit.
"pintu masuk" pondok Salada berupa bentuk pohon yang unik |
Persiapan masak |
Landscape Pondok Salada |
Ada Edelweis! meski sedikit karena tidak pada musimnya. |
Esok pagi, setelah Solat Subuh kami berjalan menuju lokasi yang disebut hutan mati untuk melihat sunrise. Lokasi ini sebetulnya merupakan hutan namun karena terkena efek gunung berapi membuat pohon-pohonnya mati. Landscape pohon-pohon mati ini yang diselimuti kabut mengingatkan saya akan film-film horror ala Silent Hill. Selain itu kami dapat melihat landscape dari gunung-gunung sekitar yang apik.
note : sedikit kejadian lucu, ketika berangkat kami bertemu dengan seorang anak yang ketinggalan rombongan yang nampaknya rombongan ospek. Jadilah ia kami ikut ke hutan mati tanpa bertemu rombongannya dan dijadikan "korban" untuk memfoto-foto kami.
Creepy view di hutan mati |
Ada semacam genangan air yang membuat unik landscapenya |
Landscape gunung sekitar Papandayan |
Ini foto kami "diatas awan" dengan mengorbankan anak tersesat sebagai fotografer |
Setelah itu kami kembali ke Camp dan mulai berkemas untuk pulang. Kami memutuskan untuk mengambil jalan pintas melalui Hutan Mati sebagai rute kepulangan kami. ADRENALINE RUSH! tebing yang cukup curam dan bebatuan sebagai alas membuat kami was was terpleset dan jatuh. Tapi untungnya perlahan kami dapat mencapai pintu gerbang dan pulang kembali ke kota masing-masing
Medan yang curam ketika turun gunung |
Kesimpulan :
- Gn.Papandayan sangat direkomendasikan untuk para pendaki pemula, atau yang sudah lama tidak naik gunung, karena jarak tempuh relatif lebih dekat dan medan tidak terlalu berat.
- Dengan total waktu sekitar 2 hari 1 malam hingga turun lagi, cocok untuk pendaki yang sudah bekerja dan ingin meluangkan waktu di akhir minggu.
- Pemandangannya cukup apik, mungkin kalo lagi musim Edelweiss bisa lebih mantap.
- Pemandangannya cukup apik, mungkin kalo lagi musim Edelweiss bisa lebih mantap.
Komentar
Posting Komentar