Ketika pertama kali mendengar promo berupa wawancara Ferdi Nuril tentang film ini di radio, saya pun langsung tertarik untuk menonton film ini. Maklum karena penulis penggemar film-film action dan militer hehe. Apalagi, film action dan militer Indonesia jarang banget, jadi makin bikin penasaran. Ketika hari pertama perilisan pun saya langsung nonton di bioskop (walau sendiri, karena susah banget ngajak orang nonton tema beginian). Bagi yang belum sempat nonton, berikut ini sinopsis dan opini saya soal film ini.
SINOPSIS:
“Doea Tanda Cinta” berkisah tentang Bagus (Ferdi Nuril)
seorang pemuda dari sebuah perkampungan keras yang kerap terjadi
perkelahian. Bagus sangat membenci orang
yang suka memalak masyarakat dengan menggunakan baju tentara, sehingga diawal
film ia sempat berkelahi dengan oknum tersebut. Tergerak oleh perkataan ibunya
“ kalo gak suka orang yang pake baju tentara, kamu dong yang jadi tentaranya!”
Ferdi pun mulai membayangkan dirinya jadi tentara dan akhirnya mendaftar
akademi militer (akmil). Pada lain latar, ada tokoh Mahesa (Rendy Kjaernaett),
seorang “anak Jenderal” yang hidup
berkecukupan di kota besar yang cenderung manja. Akibat ia pun kerap berkelai
dengan teman-temannya, ia disuruh ayahnya untuk masuk ke akmil untuk
memperbaiki perilakunya.
Di akmil pun mereka
berdua bertemu dalam satu regu untuk dilatih, digojlok dll bersama teman
lainnya dari berbagai daerah di Indonesia. Sedih senang pun mereka lalui,
sampai akhirnya secara bertahap perubahan pada masing karakter terjadi,
khususnyaMahesa yang pada awalnya susah beradaptasi dan egois berubah menjadi pekerja tim dan membaur dengan
teman-temannya. Pada masa pendidikan
tersebut, Bagus dan Mahesa dikenalkan dengan salah satu adik seniornya bernama
Laras (Tika Bravani). Karena mereka bertiga sering pesiar (istilah taruna akmil
untuk bepergian ketika libur) bersama, maka mereka pun mengalami kisah cinta
segitiga. Hal ini terus berlanjut hingga Bagus dan Mahesa lulus dan bertugas
pada sebuah kesatuan TNI Angkatan Darat, yang pada akhir film ditugaskan untuk
membebaskan sandera di sebuah hutan di Nusa Tenggara Timur. Bagaimana akhir kisahnya? Silahkan tonton .
hehe
OPINI
(spoiler alert hehe)
Secara umum menurut saya film ini cukup baik dalam
memperlihatkan seluk beluk TNI yang jarang kita ketahui, menambah rasa
nasionalisme kita dengan cara yang menghibur. Kualitas actingnya juga cukup
baik. Namun ada beberapa catatan seperti editan film yang terasa agak terlalu
cepat, adegan yang membuat bingung dan kurang memperhatikan detail. Pada sekuen pelatihan-pelatihan, editannya terasa terlalu
cepat sehingga merasa “loh kok tiba-tiba udah jadi senior “. Adegan yang menurut
saya cukup membuat bingung adalah pada sekuen pertempuran di puncak film. Pada
saat pasukan Mahesa dan Bagus kabur dari lokasi dan dikejar-kejar musuh,
tiba-tiba Mahesa “mengorbankan dirinya”. Namun cuplikannya memperlihatkan
potongan adegan penolakan pinangan tokoh
Laras kepada mahesa. Jadi saya mengambil kesimpulan tokoh tersebut seperti mau “bunuh
diri”: gara-gara ditolak cintanya, bukan untuk berkorban untuk tim (bahkan
menyusahkan tim). Adegan membingungkan
berikutnya adalah, pada saat pasukan dan sandera sudah naik helikopter untuk
diekstraksi, tiba-tiba tokoh bagus kembali medan musuh di dalam hutan sendirian untuk membunuh pemimpin musuh yang diperankan
bassist The Groove, Yuke. Jadi agak Rambo
Style gini ya, padahal pasukan khusus harusnya bekerja dalam tim bukan ? (ini
juga menjadi agak membingungkan karena pelatihan taruna di akmil kalo gak salah
hanya untuk menjadi prajurit reguler. Pelatihan untuk menjadi pasukan khusus
beda lagi). Kemudian, perencanaan skenario operasi pembebasannya kurang
mendetail, sehingga ketegangannya kurang terbangun. Mungkin seharusnya perlu
menampilkan adegan-adegan penangkapan sang ilmuwan yang menjadi sandera,
pembahasan perencanaan tempurnya, adegan pengintaian lokasi musuh oleh tokoh
Bagus, mempersiapkan peralatan dll.
Disamping beberapa catatan tersebut, ada beberapa hal positif pada
film ini. Judul film menurut saya cukup baik untuk strategi pemasarannya.
Dengan judul “Doea Tanda Cinta” mungkin orang akan mempersepsikan ini adalah
film cinta (meski memang film cinta) sehingga dapat diterima masyarakat secara luas, meski penulis belum tahu tentang perolehan penontonnya. Beda jika judulnya sudah militer banget,
mungkin cakupan pasar penonton audiensnya akan lebih kecil. Kemudian, akting para bintangnya pun cukup
baik sehingga cukup membuat hanyut dalam cerita. Selain itu, Dengan dukungan dari TNI, film ini
memperlihatkan cuplikan alutsista-alutsista TNI seperti Pesawat Pusat
Penerbangan Angkatan Darat (Puspenerbad) NC-212, Helikopter NB-412, senapan
SS-1 (pada saat pelatihan) dan SS-2 (pada saat sekuen puncak). Film ini cukup “berani”
dengan memasukkan helikopter AH-64 Apache kedalam filmnya! (meski hanya CGI dan
tidak banyak beraksi). Untuk hal yang terakhir ini menurut saya merupakan
sebuah presentasi TNI AD di masa depan yang rencananya memang akan diperkuat helikopter
tempur tersebut.
Adegan Bagus (Ferdi Nuril) saat pelatihan di Akademi Militer |
Rizky Hanggono (kiri) sempat menjadi Cameo sebagai tokoh kakak dari Laras. |
Salah satu adegan pada operasi penyelamatan sandera. |
Selain membetot Bass, Yuke mempunyai pekerjaan sampingan menjadi gerilyawan hehe |
Menurut penulis secara umum, film ini sangat bagus menjadi alternatif
tontonan masyarakat Indonesia yang menghibur dan meningkatkan rasa nasionalisme. Film ini juga membuka mata penulis bahwa pelatihan dan tugas TNI sangat berat sehingga perlu kita hargai. Kemudian, jika ada sekuelnya saya harapkan tidak hanya untuk kedua hal tersebut, tetapi
juga sebagai ajang “pemasaran” untuk alutsista nasional. Misalnya dengan memperlihatkan pasukan TNI menggunakan senapan SS-2 dan Panser Anoa produk PT. Pindad, pesawat produksi
PT. DI seperti CN-235 dan UAV Wulung dll. Dengan “pemasaran” tersebut
diharapkan masyarakat Indonesia paham bahwa tidak hanya tentaranya yang hebat,
tetapi juga kehebatan teknolog Indonesia
yang telah menghasilkan produk teknologi persenjataan yang canggih sehingga rasa minder terhadap negara lain tereduksi dan kebanggaan akan Indonesia semakin meningkat.
Catatan:
- Kendaraan taktis Land Rover Kopassus sempat
muncul sekilas pada film ini.
- Referensi adegan tempurnya pada film ini besar kemungkinan mengambil referensi dari film hollywood macam “Act of Valor”, “ Tears of
The Sun”
Komentar
Posting Komentar