Langsung ke konten utama

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara Camp on Farm yang diadakan Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW). Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut.

Hari I 
Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative. Dan ternyata koperasi yang beranggotakan kurang lebih 100 orang ini telah memasok biji kopi ke beberapa kafe di Indonesia hingga luar Indonesia (Australia, Amerika dll). Eksport pertama pada tahun 2010. Sambutan temen-temen dari Klasik Beans Cooperative ini disertai dengan penjelasan tentang sejarah kopi di Indonesia, sepak terjang koperasi tersebut hingga sesi tanya jawab dengan peserta Camp on Farm.

Setelah sambutan tersebut, kami langsung melihat proses pengolahan kopi. Secara umum pengolahan kopi seperti pada bagan di bawah ini



1. Pemetikan
Petani Kopi melakukan pemetikan di perkebunan kopi di sekitar hutan Gunung Puntang. 

2. Pemilahan
Setelah dipetik, biji kopi diangkut ke lokasi pemrosesan, dimasukkan ke sebuah bak. Lalu biji kopi di rendam oleh air. Biji kopi yang mengapung merupakan tanda bahwa biji kopi tersebut jelek (karena dalamnya kosong dimakan ulet) segera disingkirkan. Selebihnya pemilihan dilakukan melalui kejelian para petani kopi.




Perendaman untuk memilah biji kopi yang bagus dan jelek

3. Penggilingan
Penggilingan merupakan proses memisahkan biji kopi dengan kulitnya melalui sebuah mesin. Masing-masing Biji Kopi dan kulitnya ditampung disebuah wadah berupa plastik atau tampah.
Biji Kopi dimasukkan ke wadah


Mesin penggilingan Kopi
Hasil Biji Kopi yang Ditampung
4. Fermentasi
Biji Kopi yang telah digiling yang telah dimasukkan ke plastik, ditutup supaya kedap udara, dan didiamkan selama beberapa hari agar lendir pada biji kopi hilang.

5. Penjemuran
Setelah di fermentasi, biji kopi  dijemur pada green house ataupun di luar green house agar biji kopi hilang kandungan airnya.


Penjemuran biji kopi di halaman
BIji Kopi yang dijemur di dalam Green House

6. Pemanggangan
Agar siap dikonsumsi, biji kopi yang sudah kering dipanggang melalui alat khusus. Kemudian digiling hingga halus

Yang menarik dari tanaman kopi ini adalah beberapa bagian kopi dapat dijadikan produk lainnya selain minuman kopi itu sendiri. Produk lainnya antara lain, minuman dari kulit kopi dan pupuk kompos. Daunnya pun bisa pula dijadikan minuman. Dapat dilihat pada bagan di bawah ini.




Hari ke II
Besoknya, peserta diajak keliling kebun kopi untuk melihat langsung berbagai varietas kopi yang ditanam di sekitar hutan Gunung Puntang. Menarik sekali karena, penanam tanaman kopi ini sekaligus untuk menjaga hutan dari penebang liar. Dengan menanam, hutan selalu diawasi oleh para petani. Kami pun diajak juga untuk ikut menanam pohon.


Pencitraan Nanem Pohon sekali-sekali

Setelah itu, kami diajak untuk memetik biji kopi secara langsung. Ternyata memetik kopi tidak asal cabut saja, tetapi ada teknik khusus. Teknik tersebut ternyata membuat tanaman kopi selalu berbuah bagus pasca panen. Salah cara pemetikan menyebabkan tanaman kopi menghasilkan buah yang jelek.


Salah satu tanaman Kopi
Merah berarti siap dipetik
Pencitraan lagi. Metik biji Kopi
Sesi terakhir adalah sesi yang ditunggu-tunggu. PENYAJIAN KOPI! dengan dipandu seorang "barista" dari anggota koperasi, kami dipandu cara-cara menyajikan kopi yang enak. Proses pemanggangan (toasting) hingga cara penyeduhan diperlihatkan oleh dia. Berbagai jenis-jenis kopi juga disajikan oleh barista agar mengetahui berbagai rasa kopi.


Sesi penyajian kopi. tersedia berbagai jenis kopi, mesin toaster dan penggiling kopi
Salah seorang "Barista" yang sedang memanggang biji kopi
Kopi yang siap dinikmati
 
Mencicipi minuman kopi pastinya!


Dari penjelasannya, perbedaan cita rasa minuman kopi dihasilkan oleh berbagai faktor, antara lain :

1. Perlakuan Setelah Pemetikan
- Langsung di Giling.
- Dijemur dulu. Biji kopi yang setelah dipetik, dijemur dahulu dengan kulit masih menempel, menyebabkan glukosa pada kulit menyerap kedalam biji kopi sehingga menghasilkan rasa yang cenderung manis.

2. Pencucian
- Semi Wash. Cuci Sekali, langsung dijemur
- Full Wash. Cuci ---> buang airnya ----> cuci lagi ----> jemur lagi
Kedua cara tersebut menghasilkan tingkat keasaman yang berbeda

3. Waktu Pemanggangan (Roasting)
- Cepat (10 Menit/warna cenderung muda). Rasanya cenderung Asam dan Manis
- Lama (15 Menit keatas/ warna cenderung tua). Rasanya cenderung Pahit.

4. Jenis Biji Kopi
Beda varietas, beda lokasi bisa menghasilkan rasa yang berbeda

Tentunya sesi ini ditutup dengan mencicipi berbagai kopi, satu-satu, dan membandingkan rasa tiap jenis kopi. MUAANTAAAP. (meski, sekali lagi, saya tidak mengerti tentang detail rasa kopi haha).

Pengalaman yang sangat mengesankan! pertama kalinya melihat secara langsung pemrosesan sebuah minuman langsung dari sumbernya! 


Kira2  beginilah perubahannya
Catatan :
- Semua proses pengolahan kopi oleh Koperasi Klasik Beans dilakukan secara organik, tanpa menggunakan bahan kimia.  Pupuk, pembasmi hama, dll menggunakan tumbuhan-tumbuhan yang ada disekitar.
- Lahan Perkebunan tersebut berada di wilayah hutan pemerintah. Perkebunan kopi tersebut sekaligus menjadi usaha untuk menahan penebangan liar.
- Sebelumnya, petani kopi berprofesi sebagai petani sayuran. Namun karena harga sayuran fluktuatif membuat petani beralih menjadi petani kopi yang harganya cenderung stabil.

Thanks to Agritektur and Klasik Beans Cooperative!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

Movie Review: ZIPANG (Anime Version)

cover manga Zipang Note: Spoiler alert Jarang-jarang saya membaca karya fiksi Jepang. Zipang menjadi satu dari sedikit fiksi jepang yang saya baca. Awalnya hanya iseng baca komiknya. Tetapi karena menarik saya melanjutkan beberapa jilid. Namun karena komik Zipang susah ditemui, hanya ditemui di rental komik yang sekarang susah curi-curi waktu kesana, maka saya coba beralih ke media lain. Ternyata Zipang ada animenya. Mulai lah saya mendownload 26 episode anime ‘Zipang”. Tapi memang sayangnya animenya tidak sepanjang versi komiknya. *semoga ada season 2 nya huhu.  Cerita... Sebetulnya, Zipang memiliki premis cerita yang cukup konyol yaitu “Sebuah kapal perang modern Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (JMSDF/Japan Maritime Self Defense) entah gimana mengalami perjalanan waktu dan terjebak di Tahun 1941 ketika Perang Dunia 2 berkecamuk.  Premis ceritanya mirip film holywood lawas berjudul “Final Countdown”.  JDS Mirai (nama kapal perang Jepang modern tersebut) dan para awakny