Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Konsisten

Konsistensi menjadi syarat sukses dunia akhirat. Di beberapa ayat Quran. Orang2 yang mau beribadah dalam keadaan apapun menjadi ciri2 yg peluang sukses dunia akhiratnya tinggi. Salat menjadi sarana utk melatih konsistensi diri. Solat 5 waktu setiap hari apalagi kalau bukan utk melatih konsistensi. Ada kalanya kita semangat solat, kalau lagi senang saja, atau ketika lagi sedih dan ditimpa kesusahan saja. Ada kalanya juga baru mau solat kalau senggang saja, tapi ketika sibuk jadi tidak solat. Sedekah juga. Ada kalanya kita mau sedekah kalau lagi punya uang saja, tp ketika sedang kesulitan jadi berhenti sedekah. Atau ketika sedang senang kita sedekah, kalau sedih berhenti sedekah atau sebaliknya. Konsistensi selalu jadi ujian bagi umat manusia. Siapa yg lolos dia yg sukses. Berarti kebaikan sudah jadi kebiasaan. Latihan tersebut seharusnya terealisasi dalam kehidupan sehari2. Apakah kita berlaku baik dengan orang yang berbuat baik saja ke kita atau siapapun? Atau apakah kita hanya bekerja

Lingkungan Kondusif, Prestasi Melimpah

Beberapa waktu lalu saya mendengar video rekaman wawancara pesepakbola legendaris Inggris yang sedang berkunjung ke Jakarta, yaitu David Beckham yang diwawancarai oleh presenter kesohor tanah air, Najwa Shihab pada tahun 2018. Dalam wawancara tersebut, Beckham diminta memberikan opini tentang sepakbola Indonesia yang masih kesulitan berprestasi di kancah internasional. Yang menarik, ia menjawab yang kurang lebih  : “Dari pengalaman saya bertahun-tahun bermain sepakbola di dunia, saya adalah orang beruntung yang bertumbuh besar di dunia yang percaya akan sistem akademik yang memberikan kesempatan pemain muda untuk bisa jadi pemain profesional. Banyak negara dengan pemain dan tim di dunia yang tidak memiliki infrastruktur seperti itu dan disanalah akar masalahnya. Harus dimulai dari level akar rumput, dari dasar, membawa mereka dari sana, memberi kesempatan ke anak-anak. Saya menghabiskan waktu cukup lama di Indonesia dan menurut saya, orang-orang Indonesia berbakat. Seharusnya anak2 i

(Review) AVENGER : ENDGAME

April 2021 menandai 2 tahun pasca dirilisnya Avengers Endgames. Film ini menjadi penutup dari Fase 3 Marvel Cinematic Universe (MCU). Avengers Endgame merupakan puncak dari semesta MCU yang telah dimulai dari film Iron Man tahun 2008 (11 Tahun coyyy) yang didahului oleh 21 film sebelum film ini rilis. Tentunya film puncak ini sangat ditunggu-tunggu dan membuat penasaran sejak ending film "Avengers Infinity War" (IW) yang brutal, mungkin kita semua bertanya-tanya bagaimana ngalahin Thanos dan memperbaiki keadaan? Kira-kira itu mungkin inti dari film ini. Awalnya saya pikir "Ah ini hanya lanjutan dari film IW". Tapi kaget juga, ternyata film ini mempunyai nuansa yang berbeda dan memiliki keunikan tersendiri dari IW. Berikut ini beberapa elemen favorit gw dari film ini :  1. Alur Gw suka banget alur bercerita film ini. Pada awal film ini, penonton dibuat kecewa dan kehilanggan harapan bahwa Avengers bisa mengembalikkan keadaan semula, karena ternyata Infi

Random Ramadhan : Berkaca dari Cap vs Cap

April 2021 ini menandai 2 tahun pasca dirilisnya film yang memberi kesan baik bagi banyak orang, yaitu Avengers End Games. Ada adegan yang sampai sekarang geli sendiri kalau nonton karena kok kerasa relate banget. Ada 2 adegan. Yang pertama yaitu ketika the Avengers di masa kini (tahun 2023) harus time travel ke masa lalu di tahun 2012 untuk mencari infinity stones. Captain America / Steve Rogers harus kembali berada dalam satu lift dengan Agen-agen Shield (yang ternyata Hydra) agar dapat mengambil tongkatnya Loki. Seolah kayak déjà vu lagi dari film Captain America : Winter Soldier. Capt yang seolah akan adu jotos lagi seperti momen sebelumnya itu memilih untuk menggunakan cara yang lebih cerdik, yaitu dengan menggunakan frase ajaib “Hail Hydra” sehingga cap bisa mengambil tongkat Loki tanpa harus ada jotos. Yang kedua adalah, setelah keluar dari lift, Captain America / Steve Rogers bertemu dengan dirinya di tahun 2012. Akhirnya pertarungan tidak terelakkan. Yang kocak adalah keti

5 Album Dewa 19 Favorit Gw

Emang gak bisa bohong kalau gw emang beneran ngefans sama Dewa 19. Setelah Ahmad Dhani mulai aktif ber-youtube di Video Legend dan mulai mendaur ulang lagu-lagu lama dan bikin beberapa gig seolah mengisi dahaga selera musik gw yang udah lama gak denger jenis musik kayak gitu. Yes, tentu saja musik berformat band. Kangen dengan sound musik berformat band. Saat ini musisi berformat band sepertinya makin berkurang, hanya untuk keperluan live saja. Tapi yang jadi kekuatan Dewa 19 bukan hanya format bandnya saja, tetapi paduan keseluruhannya, harmoni musik, lirik, sound dan karakter masing-masing personilnya yang di tampilkan di tiap lagunya.   Gw mulai denger Dewa 19 di beberapa kesempatan. Tapi dulu gak pernah suka. Tapi ketika dulu kakak gw “ngebajak” album “The Best of Dewa 19”, di rekam ke kaset kosong, dan gw dengerin saat bepergian dan di rumah, lama-lama mulai suka dengan lagu-lagu nya macam Aku Milikmu, Kangen, Cukup Siti Nurbaya dll. Gak lama setelah itu, album “Bintang Lima” ke

Mulai Nulis Buku Harian Lagi

Awal tahun ini gw memulai lagi satu kegiatan yang gw udah tinggalin lama banget, yaitu nulis buku harian. Terakhir mungkin gw nulis buku harian sekitar jaman kuliah. Nulis di buku harian dulu gw lakukan sejak SD untuk mencurahkan segala perasaan gw, sedih, marah, konyol dan sebagainya. Karena mungkin gw orangnya tidak terlalu ekspresif dan cenderung introvert membuat gw butuh penyaluran, buku harian jadi pilihan supaya otak tetep "waras".  Karena kesibukan jaman kuliah, membuat gw mulai meninggalkan kegiatan tersebut. Memasuki dunia pasca-kampus (kerja dan sebagianya) barulah gw langsung menghadapi "dunia nyata" yang penuh lika-liku yang menempa pikiran, hati, mental dan fisik. Entah karena mungkin terjadi penumpukan kepenatan membuat gw kerap "stress tiba-tiba". Gak mau mikirin hal yang bikin kesel, tapi tiba-tiba selalu muncul di otak gw di waktu yang tidak seharusnya. Sempet diskusi sama istri, apa perlu ya ke psikolog. Tapi entah gimana gak pernah terj

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint