Langsung ke konten utama

INDIA, paduan peradaban modern dan kuno

Berawal dari ajakan seorang temen untuk menghadiri sebuah forum desain di New Delhi India. Awalnya saya tidak terlalu tertarik karena saya tidak terlalu tahu tentang para pembicaranya. Namun, pada akhirnya saya penasaran karena India menjadi salah satu negara yang memiliki perkembangan ekonomi terbesar di dunia dibawah Cina (kalau tidak salah), ditambah lagi kebetulan baru nonton Top Gear spesial edisi India, serta masih ada sisa tabungan, akhirnya saya mengiyakan ajakan tersebut. Akhirnya saya bersama 5 orang teman pada tanggal 6-13 berangkat menuju ke India dengan misi, seperti apa kondisi disana, seperti apa budayanya.

Hari 1 New Delhi 

Kami berangkat menuju ibu kota India, yaitu New Delhi, dengan singgah di Singapura dengan maskapai Air Asia dan Indigo. Ketika sampai sekitar jam 22.30 waktu setempat,  di airport New Delhi Airport, kami cukup terkesan dengan kerapihan dan kebersihan bandaranya. Setelah membeli kartu telepon lokal, kami mengejar Kereta bawah tanah (Metro Express) yang sudah akan tutup, untuk menuju ke hotel, untunglah masih ada. Ketika masuk, kami terpana, karena Keretanya masih baru sekali, rapih, terlihat canggih.  Dan sekitar 20 menit dan ditambah jalan kaki 1 menit, kami sampai di hotel di sebuah daerah perkotaan di New Delhi.
Pesawat dari maskapai Indigo
Bandara New Delhi
Interior MRT

Hari 2 New Delhi-Agra- New Delhi


Keesokan harinya, pada pagi buta, kami langsung berangkat menuju kota Agra, 4 jam dari New Delhi untuk mengunjungi situs terkenal yaitu Taj Mahal dengan menggunakan mobil. Sebelum sampai Taj Mahal, kami mampir ke sebuah lokasi yang dinamakan Akbar's Tomb, yang merupakan  kompleks istana sebuah kerajaan Islam, kerajaan Mogul. Kompleks yang sangat luas, dengan bangunan yang cukup megah.

Pintu Masuk Akbar's Tomb

Salah satu sudut pandang menuju gerbang


Istana Akbar

Kami melanjutkan perjalanan menuju Taj Mahal. Setelah sampai,Dengan menggunakan mobil listrik dan seorang pemandu, kami memasuki kompleks Taj Mahal. Ketika masuk...... hanya satu kata yang terpikir : GILA!

Bangunan ini sangat gelo, full marmer, trus motif2nya pun dibuat pakai batu yang diimpor dari berbagai negara. Meskipun dibalut dengan kemewahan, pada dasarnya bangunan ini hanya berfungsi sebagai monumen peringatan kematian istri ketiga dari raja Shah Jahan. Bangunan yang mempekerjakan 22.000 ribu pekerja siang malam ini dibangun dengan deskripsi surga dari Al-Quran. Kami memasuki kompleks dan bangunan Taj Mahal nya yang didalamnya ada makan dari istri dan rajanya. 

Selain menikmati keindahan Taj Mahal, saya juga sangat "menikmati" ketengangahan lalu lintas antar kota India! Menakutkan!

Taj Mahal dari pintu masuk
Landscape Taj Mahal
Pemandangan dari Taj Mahal ke arah pintu masuk


Hari 3 New Delhi
Pada hari ketiga ini ternyata bertepatan dengan Holy Festival, semacam perayaan keagamaan Hindu. Pada festival ini diadakan semacam ritual dengan penebaran  bubuk-bubuk berwarna ke orang2 disekitar. Kami mendatangi sebuah lokasi bernama Paharganz untuk melihat langsung Holy Festival. Kami membeli bubuknya, Lalu kami menyusuri jalanan tersebut, lalu tiba-tiba ....BYUURRRRR, ada yang menyiram air dari lantai 2 sebuah bangunan, gile, lalu tiba-tiba segerombolan orang India "mengeroyok kami dan menebarkan bubuk berwarna tersebut ke seluruh badan, muka dll. Seketika, kaget sekali, saya mencoba menghindar dengan dalih saya sedang foto2, dan mungkin gak ngerti, saya pun kena juga. Bener-bener kayak perang kota di Black Hawk Down! Untuk menjaga keamanan kamera, saya tidak terlalu banyak foto, dan menyimpannya ditas. Lalu Gerombolan2 India lainnya dateng dan men"cemongkan" muka kami dengan bubuk tersebut, kami yang pasrah cuman bisa bilang "happy holi". Ternyata banyak juga turis dari Jerman, Korea dll yang ikut festival tersebut.  Ternyata memang festival tersebut menjadi daya tarik untuk turis mancanegara.

Beli ke pedagang bubuknya
Bule yang ikutan
Bubuk warna warni
Inilah korban holy Festival
Setelah basah kuyub dan seluruh badan warna-warni, kami tetap melanjutkan perjalanan ke obyek wisata berikutnya India Gate, tanpa mandi atau bersih2. India Gate merupakan semacam monumen peringatan untuk tentara India yang menjadi korban perang di berbagai negara ketika penjajahan Inggris. Bangunan  yang cukup megah. Alih-alih ingin menikmati obyek wisata tersebut dengan memfoto bangunan tersebut, malah kami yang menjadi "obyek foto" oleh turis sekitar karena badan kami yang "cemong-cemong", korban holy festival.
Saya dan Indian Gate

Kami melanjutkan perjalanan dengan MRT dengan mengunjungi Red Fort. Red Fort merupakan salah satu istana dari raja Shah Jahan dari kerajaan Mogul (yang ngebuat Taj Mahal juga). Obyek ini pun cukup menarik, karena berupa benteng yang dibangun dengan batu merah, karena itu disebut Red Fort. Didalam benteng ini terdapat beberapa bangunan mewah, yaitu tempat tinggal Raja, Taman-taman dan kolam-kolam, dan semacam bangunan yang seperti kuil. Bangunan tersebut menunjukkan bahwa peradaban tersebut sangat maju pada masanya.

Pelataran Red Fort
Pintu Masuk
Salah satu bangunan unik di dalam kompleks Red Fort
Mozaik-mozaik pada Pilar Bangunan

Hari 4-5 New Delhi
Pada hari ini kami mengikuti INDIA DESIGN FORUM di sebuah hotel. Disana kami bergabung dengan rombongan lain dari jurusan kami. Acara ini berlangsung sangat padat, dari jam 08.00-18.00 sore. Lebih dari 40 pembicara hadir pada hari itu dari berbagai latar belakang, Desainer produk, seniman, arsitek, planolog, hingga Menteri Perindustrian India! Mereka membahas berbagai isu terkait Desain dan Gaya hidup, Desain dan efek terhadap lingkungan dan sosial, hingga sekadar mempromosikan perusahaan atau karya yang mereka buat.

Saya dan Teman2
Salah satu pembicara yang ditunggu-tunggu di IDF

Hari 6 MUMBAI
Pada hari ke 6, pagi buta, kami berangkat menuju kota Mumbai dengan pesawat yang berjarak 4.000an Km. Ketika menuju hotel, kami baru menyadari bahwa hotel kami terletak cukup jauh dari pusat kota. Kami pikir dapat menuju pusat kota dengan MRT seperti di New Delhi, ternyata jalur MRT yang kami baca di wikipedia.org baru akan dibuat! haha. Akhirnya kami menuju pusat kota dengan Kereta biasa. Kami menuju lokasi yang bernama Church Gate. Sampai disana, entah kenapa suasana dan bangunan-bangunannya berbeda. Sangat bergaya barat kuno. Dan baru sadar, mungkin karena dijajah Inggris, lokasi ini mau dijadikan London-nya India. Sangat mirip London jadul. Setelah mengelilingi berbagai bangunan, kami mengunjungi Museum of Prince of Wales. Di dalam bangunan kuno ini, diperlihatkan berbagai artifak kuno yang berasal dari peradaban India dari masa ke masa. Dari mulai era peradaban Islam hingga Inggris.

Setelah itu kami menelusuri berbagai tempat dengan jalan kaki. 

Kereta menjadi transportasi andalan warga Mumbai
Big Ben-nya Mumbai
Salah satu sudut kota Mumbai yang ke-Inggris-inggris-an

Hari 7 Mumbai 
Pada hari ke 7 ini kami mengunjungi sebuah pasar, yang lupa namanya, sebut saja Pasar Baru-nya Mumbai. Di pasar ini, diperjualbelikan kain-kain tenun sutra maupun katun buatan India kualitas tinggi dengan harga murah. Karena saya tidak terlalu tertarik belanja kain, akhirnya saya hanya beli sebuah kain untuk ibu, lalu saya hanya muter-muter dan mengantarkan temen2. 

Setelah dari pasar tersebut, kami menemukan sebuah Masjid Tua dan solat Zuhur-Ashar sejenak. Masjid ini cukup megah dan terlihat kuno arsitekturnya dengan di tengah mesjid ada Kolam ikannya. Anehnya, kolam tersebut tetap digunakan beberapa orang untuk wudhu.

Setelah Solat, kami melanjutkan perjalanan dengan kereta dan Taxi menuju ke sebuah obyek wisata lainnya, yaitu Masjid Ali. Tempat ini merupakan sebuah Masjid dan makam para pemuka agama Islam yang terletak di tengah laut. Semacam Tanah Lot-nya Mumbai lah. Sambil menikmati Sunset dengan berfoto-foto, kami merasa tidak nyaman, karena disana cukup ramai dan kumuh, sehingga kami tidak terlalu lama dan kami balik menuju hotel dengan kereta. 

Kalo ingin merasakan betapa padatnya populasi India coba naik kereta ketika jam pulang kerja. Kebetulan ketika kami pulang, sekitar jam 7, bertepatan dengan pulang kerja. Karena saya laki-laki sendiri dalam rombongan, saya masuk ke gerbang laki-laki. Bagai Ikan Pindang masuk Kaleng, saya berdesak2an dengan orang2 kantoran India. Gile, antara bau, mo nutup idung gak bisa, karena tangan jaga dompet dan kamera. Pokoknya mantep. untung, saya dapat turun di stasiun yang benar.
Keramaian kota Mumbai di sebuah persimpangan

Masjid Kuno di sekitar Pasar
Menikmati Sunset di jalan menuju Masjid Ali
Masjid Ali, Rame amet!

Hari 8
 Besok paginya, kami sudah menuju bandara dan terbang menuju Singapura, lalu ke tanah air. 

Analisis
India merupakan salah satu negara yang cukup unik yang pernah saya datangi. Sejauh yang saya lihat, meski di beberapa sudut kota terlihat kumuh, Obyek wisata yang kami datangi tergolong sangat bersih dan terawat. Sehingga turis cukup nyaman ketika masuk ke sebuah obyek wisata. Namun, ketika keluar dari obyek wisata, ampun, berantakan.  

Transportasi publik, khususnya di Delhi menurut saya sangat baik. Keberadaan MRT sangat memudahkan orang untuk mengunjungi tiap lokasi di Delhi. Dengan sistem yang simpel dan mudah, pengguna MRT dapat mengakses dengan cepat dan jelas. .(ADUH, Semoga JAKARTA punya MRT!!!!!). Tuk-tuk (bajai kalo di Indonesia) juga cukup memudahkan, meski harus tawar menawar harga dulu sebelum berangkat

Keadaan lalu lintas di India, menurut saat lebih menakutkan di banding Indonesia. Mobil dan motor disana tidak mau kalah oleh pejalan kaki, sehingga ketika kami mau menyebarang jalan, bener-bener seperti pertaruhan hidup dan mati. Begitu juga ketika naik mobil menuju Agra, MENGERIKAN!

Di negara ini khususnya di 2 kota tersebut, sangat direkomendasikan untuk yang tertarik dengan sejarah peradaban Islam dan Hindu, karena beberapa obyek wisata merupakan peninggalan kedua peradaban tersebut.

Untuk Kuliner, disana cukup menarik dan aman untuk muslim. Pertama karena cita rasanya kebanyakan berhubungan dengan rasa Kari, nasi dan roti, ternyata orang India Hindu tidak makan daging Sapi dan Babi, selain karena orang Muslim disana cukup banyak sehingga sertifikat halal dimana-mana.

Untuk urusan budget, India tergolong murah biaya hidupnya, sehingga kami dapat menghabiskan 8 hari disana, dengan budget dibawah 9 juta (termasuk hotel, pesawat dan biaya transportasi).

Jika anda ingin meinginkan wisata pada bekas peradaban kuno, tapi ada modern-modern-nya, India mungkin menjadi salah satu yang direkomendasikan.

Foto : Tubagus Ahmad, Nabila Adani, 





























































Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me