Langsung ke konten utama

BELITUNG, Sebongkah surga yang mulai dilirik oleh wisatawan

Pulau Belitung....ketika mendengar nama ini tentunya akan langsung dihubungkan dengan Film Laskar Pelangi yang fenomenal itu. Sejujurnya, ketika keluarga menawarkan nama tersebut untuk libur lebaran kemarin, saya tidak terlalu tertarik, meski banyak kerabat dan saudara yang pernah kesana bilang sangat bagus. Ketika akhirnya berangkat,pun, saya tidak berharap banyak karena mengingat dibayangan saya, pariwisata disana belum tergarap. 

Pesawat Fokker yang menjadi transportasi menuju pulau Belitung

45 menit perjalanan dengan pesawat ditempuh dari bandara Soekarno Hatta menuju ke bandara TanjungPandan, Belitung. Setelah sampai kami langsung dijemput oleh mobil rental (dan supirnya tentunya) menuju hotel untuk menaruh barang. Setelah itu kami langsung melanjutkan perjalanan menuju pantai yang digunakan untuk syuting film Laskar Pelangi, yaitu Pantai Tanjung Tinggi. Sesampainya, disana kami makan siang terlebih dahulu.

Sambil menunggu makanan saya menyempatkan diri melihat-lihat pantainya. Dan apa yang terjadi??? Saya bengong......

Hamparan pasir putih, air laut yang tenang dan sangat bening disertai formasi batu-batu dengan bentuk yang unik menjadi pemandangan yang mencengangkan ditengah siang yang cukup cerah. Gila, ini pantai yang belom pernah saya lihat sebelumnya.

Pantai Tanjung Tinggi, pemandangan dari atas batu
Salah satu sudut pantai. Anak-anak dengan nyaman berenang

Pemandangan dari sudut lain. Air lautnya bener-bener jernih

Setelah makan siang, saya sekeluarga pun langsung menjelajah sekitar pantai. Menaiki dan melewati batu2 besar dipinggir pantai dan sesekali mengambil gambar untuk diabadikan. Naik kesalah satu batu besar, dapat melihat pantai dari ketinggian. Gila, memang gak ada yang lebih indah daripada ciptaan Allah. Setelah menjelajaji pantai, dan setelah matahari agak redup, kami pun mulai berenang.Airnya yang bening, dan tenang membuat pantai ini sangat nyaman untuk berenang. Orang tua pun tenang melepaskan anak2nya atau kakek neneknya untuk berenang. Hari pertama dihabiskan dipantai ini.

Hari kedua, kami akan menghabiskan waktu dengan menjelajahi pulau-pulau dan snorkeling di beberapa tempat.  Tetapi sebelumnya, kami mengunjungi beberapa tempat. antara lain, museum Belitung di kota, kemudian tempat bekas pertambangan timah, dan tempat pembuatan kapal nelayan. Salah satu yang cukup menarik adalah, tempat pembuatan kapal nelayan. Kami dapat melihat proses pembuatannya. Ketika datang, ada kapal yang tinggal di finishing cat, ada juga yang sedang merakit hull kapalnya. Semua berbahan kayu. dan uniknya, kapal ini dibuat tanpa mesin, TAPI PAKE ALAT-ALAT PERTUKANGAN SEDERHANA! baru sadar, bahwa kita memang gen-nya adalah pelaut. potensi tersebut harusnya bisa di kembangkan lagi. 

Papah berpose dengan artefak orang Belitung
Alat musik tradisional Gambus


Bergaye

Keindahan dalam Ironi. Ini merupakan bekas penambangan timah yang merusak kawasan tersebut. namun jadi Indah
Sudut lain dari danau bekas penambangan timah. Warnanya cukup unik untuk diabadikan


Pembuat kapal memasang pasak
Pembuat kapal. Dengan alat sederhana, ia dapat Membengkokan kayu
Kapal yang sudah hampir jadi

Kami melanjutkan perjalanan menuju sebuah pantai. Dan dari situ akan dimulai penjelajahan pulau-pulau menggunakan kapal. Pertama, kami mengunjungi Pulau Lengkuas, sebuah pulau yang memiliki sebuah Mercusuar dan pantai-pantai dan laut indah. Lagi-lagi, formasi bebatuan yang unik dipinggir pantai, menjadi salah satu daya tarik. Kami pun, menaiki mercusuar hingga puncak. Dari atas, kami dapat melihat sekitaran pulau dan garis cakrawala. Pemandangan yang sangat langka. 

Pantai Pulau Lengkuas

Pemandangan dari puncak Mercusuar

Tempat perahu bersandar
Solar Cell diatas mercusuar, salah satu sumber listrik di pulau ini


Anak-anak setempat dengan riang berenang
Setelah dari mercusuar, kami melanjutkan kegiatan dengan Snorkeling di laut deket pulau tersebut. Ketika nyebur, kami disambut dengan terumbu karang yang masih lumayan bagus, dan yang paling bikin merinding adalah, ikan-ikan warna-warninya! Roti dan Biskuit kami potong kecil-kecil, kemudian kami sebar ditempat kami Snorkeling dan segerombolan ikan dengan berbagai warna datang menghampiri. 

1 jam berlalu, kami melajutkan perjalanan mengitari beberapa pulau, dan menghampiri sebuah pulau yang bernama (kalo gak salah) Pulau Lutong. Ketika turun dari kapal, saya sekeluarga sempet diem sejenak.... karena lanscape-nya yang .......... Subhanallah...... sampai-sampai bingung mau motret yang mana, karena setiap sudut sangat apik. Kali ini formasi bebatuannya lebih besar dan aneh-aneh bentuknya.Setelah mengambil gambar, kami sempet snorkeling disekitar pualu tersebut, namun karena udah agak gelap, jadi kurang nyaman, dan mulai dingin.

"pelabuhan" pulau Lutong
Keluarga dengan latar formasi bebatuan

Formasi bebatuan yang unik disekitaran air laut yang jernih

Formasi bebatuan yang unik. mirip tempat latihannya SonGohan di Dragon Ball

Kapal-kapal  nelayan yang melaut dikala senja

Batu dan Senja
Pemandangan yang langka. Subhanallah

Hari itu menurut saya merupakan wisata Pantai yang terbaik yang pernah dilakukan. 


Hari ketiga, kami tidak melakukan wisata alam, tapi wisata sejarah. Karena yang mempopulerkan Belitung adalah Laskar Pelangi, kami pun penasaran dan akhirnya mengunjungi tempat syuting laskar pelangi bagian yang disekolah reyot nya itu. SD Muhammadiyah Gantong. 2 Jam perjalanan dari pusat kota. 

Menuju ke sekolah tersebut, kami melewati kompleks PN Timah, dan supir-guide membawa kami melewati rumah-rumah tokoh nasional asal Belitung, yaitu Yusril Ihza Mahendra, Ahok /Basuki Thaja Purnama, dan Andrea Hirata. SD Muhammadiyah Gantong (replika sebetulnya ketika syuting laskar pelangi) terletak di pinggir sebuah sungai, dan beralaskan pasir putih. Datang ketempat tersebut membuat kami merenung, betapa sedihnya kondisi pendidikan di daerah-daerah. Betapa bersyukurnya orang-orang yang tinggal di kota-kota besar.  Bangunan SD tersebut dibuat sangat terlihat reyot, dan disangga oleh kayu-kayu penopang.  didalam maupun diluar yang membuat cukup ngeri, bisa aja sewaktu-waktu roboh. Bahkan ketika masuk ruang kelas, penyangga kayu nya jatuh ketika disenggol anak-anak!

Rumahnya Ahok
Saya dan SD Muhammadiyah Gantong
Penyangga kayu dari sekolah tersebut
Kondisi  ruang kelas


Dari perjalanan tersebut saya mengambil beberapa kesimpulan : 
- Belitung merupakan salah satu contoh dampak positif dari otonomi daerah. Setelah otonomi daerah, berbagai bidang di Belitung meningkat. Jalan-jalan utamanya pun, sangat mulus. Pariwisatanya, meskipun belum ideal, sudah sangat Berkembang. 
- Belitung merupakan alternatif lain wisata laut yang terbaik setelah Bali. Akomodasinya terhitung lebih murah dibandingkan Bali. dan juga perjalanan dari Jakarta cukup cepat. Sehingga waktu tidak habis diperjalanan.
- Indonesia memang Indah! saya yakin, selain Belitung, masih banyak pulau-pulau lain di Indonesia yang lebih Indah!. Semoga bisa menjelajahi pulau-pulau lainnya!








Pemudah asli Belitung yang minta difoto























Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me