Langsung ke konten utama

Kisah Rangga Kembali bertemu Cinta Setelah 12 Tahun ( Versi NASA

*Spoiler Alert bagi yang belom nonton Interstellar.
Setelah mengucapkan “Aku Kembali Dalam Satu Purnama”, Rangga dengan berat hati harus meninggalkan Cinta dan Tanah Airnya untuk mengikuti ayahnya ke Amerika Serikat. Pada awalnya Rangga berniat akan menghubungi kembali Cinta. Namun ketika itu internet belum populer di Indonesia dan Rangga lupa nomor telepon dan alamat rumah Cinta, sehingga Rangga kesulitan untuk menghubungi Cinta. Ditambah lagi ketika itu Rangga harus menyesuaikan diri dengan kehidupan di New York, AS khususnya di Sekolah. Ketika itu rasis masih kerap terjadi dikarenakan peristiwa 9 September 2001. Tempaan yang keras tersebut membuat waktu Rangga tersita. Namun perjuangannya akhirnya berbuah hasil, ia pun lulus SMA.
Ketika wisuda lulus SMA, ia pun merasa kesepian karena memikirkan Cinta yang belom sempat ia hubungi. Di rumah pun ia curhat ke ayahnya. Ayahnya pun menjawab “ Nak, tidak mudah melanjutkan hubungan lintas negara. Mungkin saatnya kamu mencari yang baru. Lagian belum tentu juga Cinta cocok sama kamu”. Mendengar nasehat ayahnya, ia merenung selama beberapa hari dan memutuskan bahwa saatnya memulai kehidupan yang benar-benar baru. Foto dan hal-hal yang mengingatkan akan Cinta ia buang dan bakar.
Lulus SMA pada awalnya Rangga ingin meneruskan studinya ke sebuah Universitas, namun urung dilakukan dikarenakan ayahnya kekurangan biaya. Akhirnya ia memutuskan bekerja di sebuah media lokal, dan diterima sebagai wartawan freelance. Di sana ia bertemu Emily, rekan sesama wartawan yang pada akhirnya menjadi teman baiknya (atau friendzone?).
6 bulan bekerja, Rangga berharap bisa mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang lebih dikarenakan Ayahnya menderita sebuah penyakit yang memerlukan obat dengan harga yang cukup tinggi. Emily yang memiliki pamanya di NASA menyarankan Rangga untuk mendaftar menjadi sukarelawan sebuah program bernama “Interstellar”. Tanpa banyak berfikir, ditambah memang Rangga ternyata juga tertarik dengan Astronomi, ia mendaftar program tersebut.
Rangga yang bertemu dengan pamannya Emily menjelaskan tentang program tersebut. Ternyata program tersebut adalah untuk melintasi sebuah Blackhole yang ditemukan NASA. Namun karena misi ini beresiko tinggi, beberapa astronot mengundurkan diri, dan membutuhkan penggantinya. “Selain Nyawa, program ini akan terjadi “ketidaknyamanan” “.Kata Pamannya Emily. ““Ketidaknyamanan” apa maksud anda?”” Rangga bertanya.
“Ketika anda diluar sana, waktu akan menjadi relatif, bisa saja, anda diluar sana hanya beberapa Minggu , tetapi di Bumi mungkin bisa jadi beberapa tahun. Apakah anda bersedia? Kami akan jamin kehidupan ayah anda”. Tanpa pikir panjang Rangga mengiyakan.


Singkat cerita, Rangga mengikuti seleksi, dan berhasil menjadi sukarelawan Program tersebut. Ia bersama 3 astronot lainnya diterbangkan dari stasiun NASA di Florida dan memulai perjalanan tersebut pada tahun 2004.

Mereka berhasil memasuki wormhole dan melihat galaksi lain. Mereka mengambil beberapa gambar,, data, dll. Namun dikarenakan terbatasnya bahan bakar, mereka pun kembali lagi ke Wormhole tersebut, namun terjadi masalah, ada kerusakan di suatu bagian pesawat, sehingga membuat para astronot harus “eject” dari pesawat. Namun hanya Rangga saja yang berhasil, yang lainnya terjebak dalam ledakan dipesawat.

Rangga yang sudah pasrah akan mati di Wormhole, ternyata masih hidup dan berada dalam ruang 5 dimensi, dimana ia dapat melihat waktu laksana benda fisik. Ia pun melihat satu-satu gambaran-gambaran masa lalunya. Dan entah kenapa, ia selalu melihat gambaran-gambaran masa lalu ketika bertemu dengan Cinta semasa SMA.  Rangga pun menangis,teringat kembali kenangan-kenangan bersama Cinta.  ia mencoba memberi kode ke Cintadan menjatuhkan buku di “alam seberang”  tetapi gagal. Dan entah bagaimana ia tidak sadarkan diri, dan ternyata dapat keluar dari  ruang 5 dimensi wormhole, dan Rangga yang terombang-ambing di ruang hampa udara, beberapa saat kemudian dapat diselamatkan oleh astronot NASA yang diterbangkan dari Bumi.

Perjalanan yang terasa hanya beberapa minggu oleh Rangga ternyata telah berjalan selama 9 tahun 
waktu bumi yang berarti ketika itu adalah tahun 2013. Setelah dirawat dirumah sakit, Rangga mengalami trauma serius ditambah lagi ternyata ayahnya telah meninggal.  Ia pun hidup dalam fasilitas NASA selama setahun.
Emily yang merasa bersalah, mencoba berbicara kembali dengan Rangga, dan menawarkan Apartemen untuk tinggal. Dan Rangga pun pindah kesana, menyendiri. Barang2nya dari Apartemen ayahnya yang dulu, pun dipindahkan ke Apartemen baru tersebut.
Selama itu Emily mencoba membantu ketertinggalan Rangga selama 9 tahun, salah satunya adalah mengenalkan Smartphone, android dan sebagainya (termasuk LINE). Disaat kesendiriannya itu, ia melihat-lihat buku-bukunya terdahulu, dan ada satu buku yang menarik perhatiannya yaitu “AKU” nya Chairil Anwar. Hati Rangga pun berkecamuk kembali. Setelah mencoba menguburnya dalam2, Ruang 5 dimensi sebelumnya dan buku tersebut membuat kenangannya bangkit kembali.
Tidak lama setelah itu, Emily yang telah menjadi kepala perusahaan media kembali menawakan pekerjaan sebagai wartawan.  Dan ia menawarkan untuk meliput ke Seoul, Bangkok dan terakhir Jakarta. “Is your home town,right?” Emily melalui pesan LINE nya. Rangga pun menerima tawaran tersebut. Di perjalanannya tersebut ia kembali mencari-cari Cinta di social media dll. Dan menemukannya. Rangga yang canggung pun mentext Cinta, dan mengajak bertemu.

Tidak membalas-balas text, membuat Rangga patah hati, dan berniat untuk kembali ke New York. Sadar telah 12 tahun meninggalkan, Rangga pun mengirim text minta maaf. Sebelum masuk Boarding, sebuah kalimat membuatnya berhenti “Jadi beda satu purnama di New York dan di Jakarta?”
Rangga pun berbalik badan dan ternyata adalah Cinta.  “ya, beda sekali, bahkan purnama di galaksi lain. Namun terasa sama, karena hanya kulihat bayanganmu” .  ea 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me