Langsung ke konten utama

ISLAM & PEMBANGUNAN KARAKTER


Sudah lama pengen nulis soal Islam dalam konteks bermasyarakat dan bernegara. Setelah nonton beberapa ceramah atau kuliah dari beberapa tokoh, baru kebayang arahnya. Kualitas karakter sumber daya manusia (SDM) mungkin masih menjadi masalah yang kerap menghantui negara Indonesia. Lalu bagaimana Islam dapat relevan dengan permasalahan karakter SDM tersebut? Kira-kira itulah topik pada tulisan ini. Selamat menikmati!

1. MASALAH BERSAMA

Masih hangat soal pilpres dan pileg kemarin, sejujurnya saya tidak terlalu ambil pusing dan memihak  secara belebihan kesalah satu kubu Pilpres ini bagi saya paslon 01 dan 02 punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan saya berpandangan bahwa tidak ada yang pernah instan dalam mengubah Indonesia. Gak bisa “misalnya calon X kepilih, maka otomatis beres semua” .  Entah 01 dan 02 yang akan kepilih, keduanya (jika salah satu menjabat) akan menghadapi tantangan-tantangan yang sama yang perlu dibenahi.  
Cukup soal pilpres, saya sebetulnya lebih tertarik membahas tantangan yang dihadapi tidak hanya oleh para capres, tapi kita semua, yaitu tantangan soal isu Sumber Daya Manusia. Kita ketahui bersama bahwa kualitas SDM ini menjadi penentu apakah suatu Negara akan maju atau tidak. Secara sederhana, Negara yang kualitas SDM nya bagus maka Negara tersebut akan jadi Negara yang maju dan sejahtera. Dan sebaliknya, jika SDM nya buruk maka Negara akan stagnan atau mungkin mundur.

2. PELUANG BESAR MENJADI NEGARA MAJU
Seperti yang kita ketahui, Indonesia sebetulnya sudah memiliki peluang besar untuk menjadi negara maju. Indonesia sudah memiliki berbagai modal yaitu wilayah yang luas serta Sumber daya alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang  melimpah. Selain itu, berbagai Industri2 dari mulai pertanian hingga teknologi canggih sudah dibangun oleh negara maupun swasta. Namun hal-hal tersebut yang seharusnya menjadi modal kita untuk maju, seolah belum termanfaatkan dengan maksimal bahkan malah dianggap beban. Tanda-tandanya adalah Negara masih diliputi masalah kemiskinan, ketimpangan, produktivitas rendah dan tingkat daya saing rendah.  
Pada kuliah umum Ibu Sri Mulyani di ITB (Menteri Keuangan RI saat ini) pada 21 Maret 2017, bahwa permasalahan pada negera-negara berkembang adalah “Capacity to Deliver”,?”. Atau kita sebut saja Produktivitas. Sebagai ilustrasi adalah sebagai berikut:
  •  Ada 2 daerah yang masing-masing menganggarkan untuk membuat 10 sekolah dalam 2 tahun untuk menampung 500 siswa.
  •  Daerah A, dalam 2 tahun hanya dapat merealisasikan 2 sekolah. Sementara Daerah B berhasil merealisasikan 10 sekolah. Mengapa bisa berbeda?
  •  Daerah A memiliki SDM produktivitas yang rendah. Pimpinan daerahnya beserta jajarannya berperilaku korup, buruk pengelolaan dan perencanaannya. Uang untuk 10 sekolah, banyak terbuang karena dikorupsi, inefisiensi kerja karena kontraktor yg terpilih tidak handal (karena mau nyuap), dan lain-lain. Siswa yang tertampung jadinya hanya 100 saja (20% dari target).
  •  Daerah B memiliki produktivitas yang tinggi. Pimpinan dan jajarannya jujur dan benar, memiliki metode pengelolaan proyek dan perencanaan yang terukur. Uang untuk 10 sekolah pun terpakai 100% untuk sekolah sehingga 100% siswa tertampung.

Dari ilustrasi sederhana tersebut dapat kita lihat perbedaan produktivitas suatu daerah. Produktivitas sangat berkaitan erat dengan manajemen, organisasi, dsb nya. Produktivitas inilah menurut Bu Sri Mulyani masih tergolong rendah di Indonesia, atau bisa dibilang masih timpang. Dari data yang beliau tampilkan disebutkan bahwa penerimaan Negara 80% masih berasal dari pulau Jawa saja.  Kira-kira serupa dengan ilustrasi diatas, ada daerah yang produktivitasnya tinggi dan rendah sehingga secara keseluruhan rata-rata produktivitas di Indonesia masih rendah. Hal tersebut menjadi penghambat Indonesia menjadi Negara maju.

3. SDM YANG IDEAL?
Produktivitas dari SDM sangat berkaitan dengan kompetensi dan karakter. Saya fokuskan ke masalah karakter.  Karakter SDM, menurut Bu Sri Mulyani beberapa diantaranya adalah terkait kredibilitas dan integritas.

Definisi Menurut KBBI :
Kredibilitas : Perlihal dapat dipercaya. (atau dalam definisi Bu Sri Mulyani yaitu Apa yang dituliskan dan direncanakan dekat dengan realisasi)
Integritas : mutu, sifat, dan keadaan yang menggambarkan kesatuan yang utuh, sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaan dan kejujuran.

Jika kedua karakter tersebut buruk, maka produktivitasnya pasti akan rendah. Sebaliknya, jika karakter keduanya baik, maka produktivitasnya juga akan tinggi. Sayangnya, secara umum (kalau boleh menggeneralisasi) mungkin masih banyak karakter SDM Indonesia yang kredibilitas dan integritasnya masih cenderung buruk. Buruknya hal tersebut dapat kita temui dari mulai urusan sehari-sehari seperti perilaku membuang sampah sembarangan, pelanggaran lalu lintas, tingkat perusahaan seperti budaya malas, inefisiensi dan enggan mengembangkan diri; hingga urusan bernegara seperti korupsi, pemerasan oleh aparat dan sebagainya.

4. ISLAM SEBAGAI SOLUSI MEMBANGUN KREDIBILITAS DAN INTEGRITAS
“Apa solusinya?” mungkin menjadi pertanyaan ketika permasalahan ini kita bahas. Mungkin banyak solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pada tulisan ini saya memfokuskan solusi dari perspektif Islam. Saya berpendapat tentunya dari kacamata saya sebagai muslim (sama sekali gak ada niatan ngangkat isu SARA loh ya). Dengan muslim sebagai mayoritas di Indonesia, maka teori sederhana saya jika karakter Muslimnya bener (kredibilitas dan integritasnya), maka Indonesia secara alamiah akan bener.
Lalu mulai darimana? Menurut saya ya darimana lagi umat muslim memperbaiki karakternya selain dari menginternalisasikan ajaran Islam. Islam sendiri pada dasarnya merupakan way of life (keseluruhan ritual, prinsip dan pedoman) untuk memperbaiki karakter penganutnya, agar selamat di dunia dan akhirat. Islam yang turun di tempat paling terbelakang di dunia ketika itu (Jazirah Arab) dapat mentransformasikan karakter bangsa tersebut menjadi bangsa yang maju dan produktif.  Meninggalkannya pun juga menjadi sebab kemunduran bangsa tersebut.
Lalu apa relevansi Islam dengan kredibilitas dan integritas pemeluknya? Sebetulnya keseluruhannya berkaitan erat, namun saya akan membahas beberapa contoh saja sebagai berikut:

RITUAL
a. Shalat
Salah satu hikmah dari shalat adalah mengajarkan kedisiplinan. Shalat dilaksanakan pada waktu-waktu yang ditentukan. Sebagai muslim, dengan melaksanakan shalat seharusnya membuat aware terhadap waktu. Selain itu Shalat juga menjadi pengingat agar kita terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.
b. Puasa
Salah satu hikmah dari puasa adalah melatih kejujuran dan integritas diri. Seseorang saat melakukan Ibadah puasa khususnya di bulan Ramadhan harus paham bahwa Allah maha melihat. Sehingga tidak akan melakukan hal-hal yang membatalkan puasa diam-diam saat tidak ada orang lain.
c. Zakat
Menunaikan zakat memiliki hikmah agar kita peduli sesama. Jika ada yang diliputi kesusahan di bantu.

PRINSIP
a. Pentingnya Waktu
  • 103 Al-Asr 1-3
b. Pantang Menyerah, Optimis dan Produktif
  • 94 Al- Insyirah 1-8
  • 23 Al-Mu’minun ayat 3
  • 93 Adh-Dhuha
c. Larangan Korupsi, Suap dan berbuat Curang
  • 2 Al-Baqarah Ayat 188 Jangan korupsi dan menyuap hakim
  • 83 Al-Mutaffifin 1-3
  • 17 Al-Isra 35

d.  Peduli sosial dan tidak boros
  • 17 Al-Isra 26-27
  • 107 Al-Maun 1-7

d.Menangani urusan dengan Sistematis
  • Ash-Shaff ayat 4

e. Menaati Janji
  • 23 Al-Mu’minun ayat 8
  • 2 Al-Baqarah 282-283 Perjanjian utang piutang
  • 17 Al-Isra 34 
  • dsb


Dari ajaran-ajaran Islam tersebut kita dapat melihat bahwa sangat berkaitan erat terhadap kredibilitas dan integritas seseorang.  Sudah seharusnya bahwa seorang muslim dengan kredibilitas dan integritas yang tinggi memang tuntutan dari ajaran Islam itu sendiri. Jika ada muslim yang korupsi, tidak jujur, malas dan manfaat yang diberikannya rendah maka  hal-hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Karena itu, ajaran Islam harus kita internalisasikan (pada muslim) serta dijadikan dasar dan tuntunan dalam membangun karakter manusia yang produktif dengan kredibilitas dan integritas yang tinggi yang pada akhirnya dapat berkontribusi agar Indonesia menuju menjadi Negara yang maju.

Memang tidak mudah dan butuh waktu dalam membangun karakter tersebut. Karena itu mari kita mulai pelajari, pahami dan amalkan nilai-nilai Islam. Seperti prinsip 3M oleh AA Gym, MULAI dari diri sendiri, MULAI dari hal kecil dan MULAI lah saat ini! Pelajari Islam, pahami dan amalkan.


5. KESIMPULAN
Untuk menjadi Negara maju, setiap Negara termasuk Indonesia memerlukan syarat penting, yaitu sumber daya manusia yang produktif. SDM yang produktif didasar oleh karakter yang benar, yaitu kredibilitas dan integritas yang tinggi. Muslim sebagai mayoritas di Indonesia harus menginternalisasikan ajaran Islam agar muslim memiliki kredibilitas dan integritas yang tinggi dan berkontribusi kepada kemajuan Indonesia.


6. (AFTER CREDIT) : POTENSI MASJID DALAM PEMBANGUNAN SDM
Secara teknis terkait pembangunan SDM ini, saya mungkin setuju dengan pendapat Rendy Saputra , seorang ustadz dan motivator bisnis muda. Ia berpendapat bahwa awal kebangkitan masyarakat dapat dimulai dari masjid. Sejarah menunjukkan bahwa peradaban Islam di Madinah dimulai dari masjid Nabawi. Saat ini di Indonesia memiliki 800.000an Masjid. Namun sayangnya (menurut Rendy Saputra) mungkin banyak masjid di Indonesia paradigmanya masih terpaku hanya dengan aktivitas ritual saja serta belum dikelola secara professional sehingga aktivitas “pengelolaan SDM” belum termaksimalkan. Pengelolaan SDM khususnya adalah pada bidang pendidikan (agama dan kompetensi) dan ekonomi (pekerjaan, bisnis dsb).  

Semoga saja gerakan oleh kang Rendy Saputra dalam menginisiasi pembuatan sistem pengelolaan masjid di Indonesia bisa makin meluas dan dapat melakukaan aktivitas pengelolaan SDM. Jika 800.000 masjid tersebut berperan besar dalam mengelola umat , maka saya cukup optimis masyarakat kita dapat bertransformasi kearah yang lebih dan dapat menjadi negara maju.


Referensi:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me