Langsung ke konten utama

Flores, NTT (2) : Menuju Danau Kelimutu

Setelah dari Pulau Komodo, keesokan harinya, kami menuju destinasi wisata berikutnya, yaitu, Danau Tiga Warna, alias Danau Kelimutu. Danau Kelimutu yang terletak di deket desa bernama Moni harus ditempuh sekitar 14 jam menggunakan mobil. Namun karena perjalanan dibagi menjadi 2 sesi, Labuan Bajo-Badjawa, Badjawa-Moni. 

Dengan kondisi geografis pulau Flores yang berkontur perbukitan, menyebabkan jalan antar kota berupa jalan berkelok tapal kuda tanpa henti dan naik turun bukit. Hasilnya? SAYA MUNTAH 2 KALI.  Terima kasih kepada antimo yang telah meredakan mabuk darat saya selama perjalanan berikutnya.

Dalam perjalanan menuju kota Badjawa, kami berhenti dan melihat pemandangan tidak lazim, yaitu Sawah berbentuk potongan pizza. Orang Flores menyebutnya Sawah Linkolindang. Supir sewaan kami hanya menyebutkan sedikit info tentang Sawah tersebut. 1 Lingkaran sawah berarti untuk 1 suku atau keluarga. saya lupa.

Sawah Linkolindang
Sawah ini dikelilingi bukit2

Setelah beberapa jam kami sampai di kota Badjawa dan menginap semalam.  


Landscape kota Badjawa
Disebelah hotel ada yang melihara babi ternyata
Pasar Setempat


Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan, dan pagi itu dimulai ke sebuah desa tradisional bernama Bena. Konon, desa ini sudah berumur ratusan tahun dan masih mempertahankan tradisinya berupa upacara-upacara. Untungnya hari itu tidak ada upacara. Kalo ada, kami harus mengikuti upacara tersebut hingga selesai oleh ketua adat.


Desa Bena
Rumah-rumah tradisional setempat.
Konfigurasi atap bambu untuk mencegah air masuk
Ukiran kayu pada rumah tradisional
Ukiran 2
Pemandangan desa bena dari sisi yang berlawanan
Kalo gak salah ini untuk semacam tempat naro sesajen
Tempat pemujaan dari susunan batu.


Ende merupakan persinggahan berikutnya meski tidak menginap. Kota ini terletak di pesisir pantai dan salah satu kota besar di Flores. Kami mengunjungi situs rumah Bung Karno ketika diasingkan oleh penjajah Belanda. Di kota inilah menurut berbagai sumber, Bung Karno merumuskan Pancasila. di Situs ini, kita bisa melihat barang2 yang pernah dipakai Bung Karno seperti cangkir, tempat tidur, dan buku serta karya seni Bung Karno berupa lukisan yang menggambarkan upacara adat Bali

Situs Rumah Bung Karno ketika pengasingan

Sekitar-beberapa jam dari Ende, kami sampai di desa bernama Moni. Disinilah kami menginap dan mempersiapkan diri untuk menuju Danau Kelimutu di puncak sebuah gunung. Untuk melihat Danau Kelimutu, wisatawan harus berangkat subuh-subuh agar dapat melihat sunrise dan juga karena sekitar jam 9an,  sudah tertutup kabut.

Jam 4 kami pun sudah berangkat menuju Danau Kelimutu. Sekitar jam 5an kami sudah sampai.....di tempat parkirnya. Kami harus jalan kaki sekitar 20 menit agak menanjak menuju lokasi yang dapat melihat ketiga danau tersebut.

Pemandangan yang cukup unik diperlihatkan dari 3 danau tersebut yang masing berwarna Hitam, Hijau susu, dan Hijau susu yang lebih muda. Sayangnya tidak didukung oleh cahaya matahari yang tertutup tebing-tebing danau tersebut. Baru sekitar jam 7.30 cahaya mulai menyinari danau tesebut dan kami habiskan waktu dengan berfoto-foto ria. 

Sunrise di Danau Kelimutu
Danau Kelimutu dari berbagai sisi

Perbatasan dua danau
Danau berwarna hitam
Saya dan Kondisi Tebing sekitar danau Kelimutu

Jam 8.30 kami sudah kembali turun gunung menuju hotel dan kembali menuju Labuan Bajo.

Pemandangan perbukitan selama diperjalanan dari Badjawa
Selama diperjalanan pulang, ada pengalaman menarik, yaitu berhenti di sebuah tempat produksi arak tradisional yang bernama Soa (kalo gak salah). Soa dibuat dari getah sebuah pohon lokal.  Kemudian di bakar ditungku, uap airnya itu yang dijadikan Soa.

Dijual dalam botol Aqua. Harga berkisar 50-100 Ribu.
Tungku Pembakaran untuk pembuatan Soa

Selain itu, kami juga menyempatkan diri masak-masak di pinggir sebuah sungai karena ketika itu restoran-restoran pada tutup karena libur menyambut tahun baru. Sehingga untuk ganjel perut kami memasak Indomie.

Kami kembali nginep di Badjawa, besoknya sampai ke Labuan Bajo



Sungai....aduh lupa namanya
Kakak yang sedang memasak Indomie, untung bawa kompor
Ngopi di pinggir sungai.


TRIVIA
  • Pembangunan Infrastruktur di NTT khususnya telekomunikasi belum bagus. Selama perjalanan, sinyal hanphone hanya muncul di kota-kota besarnya seperti Badjawa, Ende,Labuan Bajo. Itupun juga untung2an. Sinyal yang cukup stabil disana adalah T*lkomsel
  • Di pulau Flores ini, BBM tergolong cukup langka. Antrian yang sangat panjang adalah pemandangan lazim di SPBU. 
  • Pulau Flores kini mulai diminati oleh wisatawan mancanegara dengan berbagai alasan. Pertama karena memang alamnya sangat indah, dan juga menurut orang bule yang saya temui di jalan.. "ohh, i like here it's better than Bali. Bali is too CROWDED!"
  • Tidak seperti bayangan saya tentang NTT yang gersang, pulau Flores ini adalah bagian NTT yang paling Subur. Flores adalah penghasil padi, daging sapi dan sayuran. 
  • Sekali lagi saya ingatkan, bagi anda yang mudah mabuk darat, saya sarankan segera minum Antimo sebelum naik mobil, karena jalan lintas kota di Flores ini sangat ekstrem belok-beloknya!
  • Ada sebuah lelucon dari supir sewaan kami tentang arak Soa, ia orang Flores asli. "Minum sedikit Soa, teler. Minum banyak, perang antar suku".Menggambarkan betapa keras efek minuman tersebut.
  • Danau Kelimutu selalu berubah warna. Konon katanya dulu pernah berubah menjadi Biru, Kuning dan Merah saat sebelum Pemilu 2004. Entah kebetulan atau tidak, saat itu partai yang dominan memang partai berwarna Biru, Kuning dan Merah. :D




Sampai jumpa di perjalanan berikutnya!











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me