Langsung ke konten utama

Banyuwangi (1): Taman Nasional Baluran

Udah pengen banget ke Banyuwangi sejak tahun lalu, akhirnya baru kesampaian tahun ini bersama temen2 kantor saat long weekend pada awal Mei. Perjalanan ke Banyuwangi ditempuh melalui pesawat malam setelah pulang kantor menuju Surabaya selama 1,5 jam dan dilanjutkan dengan naik Travel menuju sebuah kecamatan (duh lupa namanya) di kabupaten Banyuwangi (rumah temen serombongan kami yg memang asli sana) selama 10 jam. Cukup jauh.

Hari pertama di Banyuwangi dijadwalkan mengunjungi salah satu spot unik, yaitu Taman Nasional Baluran! Tempat ini merupakan daerah konservasi dan menjadi “Afrika”-nya jawa karena bentangan alamnya yang berupa savana/padang rumput luas dan menjadi hits setelah Raisa syuting salah satu videoclipnya ditempat tersebut. Namun karena sampai di rumah temen saya tersebut, diBanyuwangi (yang didaulat menjadi basecamp rombongan kami hehe) lumayan telat, dijadwalkan jam 8, tetapi baru sampai jam 10 pagi, membuat keberangkatan kami ke Taman Nasional Baluran (TNB) menjadi telat. Setelah istirahat dan bersih2, kami baru berangkat menuju TNB jam 13.00 dengan menggunakan mobil dengan 4 jam perjalanan. Setelah 3 jam perjalanan berlawanan arah jalur menuju pelabuhan Ketapang, kami tiba di pintu masuk TNB. Kami daftar dan bayar lala lili, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Savana Bekol, spot utama TNB. Kirain deket dari pintu utama, ternyata masuk kedalamnya cukup jauh selama 1 jam (karena jalan rusak juga sih). Selama perjalanan kami membelah hutan yang masih natural. Kami pun berpapasan dengan beberapa binatang seperti Rusa dan Monyet.  

Jam 16.00 kami sudah ditiba di Savana Bekol!!! Tempat ini terdiri dari padang rumput yang luasssss sekali yang disalah satu sisinya ada Gunung Baluran. Tentu saja, karena sangat excited dan waktu sangat sempit sebelum sunset, saya pun langsung menjelajahi padang rumput tersebut (walau gak jauh2 amet) sambil foto2. Beruntung, kami masih dapat melihat kawanan banteng bertanduk gede yang sedang makan rumput. Pemandangannya sangat unik, baru tau di Indonesia ada landscape kayak gini. 

Pintu Masuk TNB

Pusat Informasi dan pembelian tiket

Rusaaaaa!!!! sayangnya keburu hampir kabur

Monyeeetttt!

Suasana perjalanan menuju Savana Bekol

Pemandangan menjelang Savana Bekol

Sampai di Savana Bekol!!

Hiasan dari tengkorak banteng 

Pemandangan Gunung Baluran dari Savana Bekol

Savana nan LUASSSSSS
Kawanan Banteng liar lagi makan rumput

pas deketin, ternyata gede juga ya Bantengnya

Selfi dikit lah

Salah satu spot foto di TNB
Sunset di TNB

Sebetulnya kami menjadwalkan untuk mengunjungi Pantai Bama, obyek didalam TNB lainnya yang berjarak beberapa kilometer dari Savana Bekol. Namun karena sudah keburu malam, kami pun membatalkan rencana tersebut dan memutuskan beristirahat di penginapan didalam Savana Bekol, sembari bersiap2 menuju Kawah Ijen pada malam itu juga . Walau singkat, mengunjungi TNB memiliki kesan tersendiri. 

Note:
- Mengunjungi TNB sebaiknya membawa kendaraan sendiri. Karena menuju kedalamnya dari jalan besar cukup jauh. Tapi konon katanya ada ojek yang bisa mengantar sampai dalam. 
- Mengunjungi TNB direkomendasikan saat musim kemarau karena rumputnya mengering, sehingga savana nya konon bener-bener kayak di Afrika. 
- Jika ingin menginap, TNB memiliki fasilitas penginapan. Namun perlu mendaftar terlebih dahulu beberapa hari sebelumnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me