Langsung ke konten utama

Movie Review: 13 HOURS SECRET SOLDIER OF BENGHAZI

Poster 13 Hours dengan tokoh utama, Jack SIlva

Meski saya adalah penggemar film2nya Michael Bay, kabar film ini akan segera dirilis bisa dibilang cukup telat. Saya baru tau film ini akan muncul dari perilisan trailer pertama. Setelah menonton trailer pertama tersebut saya langsung tertarik dan menunggu munculnya film tersebut. 

Cerita: 
13 Hours diambil dari buku yang berjudul sama yang berdasarkan kisah nyata dari para pelaku kejadiannya. Dikisahkan, pasca runtuhnya rezim Moammar Gaddafi, Libya menjadi negara yang keamanannya tidak stabil dan terancam perang saudara. Tanpa terkecuali kota Benghazi. Meski kondisi di kota itu pun tidak stabil, ternyata ada Pos Diplomatik Amerika Serikat (semacam kedutaan besar tapi temporer dan standar keamanannya lebih rendah dibandingkan kedutaan pada umumnya) dan juga markas rahasia CIA . Konon CIA tetap beroperasi dikota tersebut untuk mengawasi peredaran senjata yang dibobol dari gudang senjatanya rezim Gaddafi serta untuk melobi beberapa pihak yang masih bisa diajak kerjasama untuk kepentingan AS di negara tersebut. Markas CIA ini dijaga oleh pasukan bernama GRS (Global Response Staff) yang anggotanya merupakan mantan personil militer dari berbagai kesatuan seperti Navy Seal, Marinir dan US Army Ranger. 

Singkat cerita, Pos diplomatik AS yang sedang dikunjungi duta besar AS untuk Libya, Chris Stevens tiba-tiba diserbu oleh kelompok militan. GRS pun akhirnya terlibat baku tembak sengit dengan para militan untuk menyelamatkan sang duta besar. Markas CIA pun juga menjadi incaran para militan sehingga GRS harus menghadapi 13 jam serbuan para militan dengan personil dan persenjataan seadanya. 

What makes so interesting?
1. Gunfight!
Seperti ciri khas film2nya Michael Bay, dar der dor boom juga terjadi dalam film ini. Adegan baku tembak dibuat cukup apik sehingga membuat ketegangan terasa. 

adegan baku tembak di Pos Diplomatik AS



2. Friend or Enemy? 
Para pasukan GRS kebingungan dalam menentukan siapa kawan dan lawan karena musuh yang dihadapi tidak memakai seragam tertentu. Bahkan, milisi yang bekerjasama dengan CIA, "17 Feb", juga tidak jelas siapa yang jadi anggotanya. Ini menjadi salah satu elemen yang bikin tegang. 

3. Military detail
Para tokoh utama, pasukan GRS "didandani" cukup detail oleh standar peralatan pasukan militer seperti Rompi serbu, helm, night vision dan tentunya persenjataan. Doktrin taktis militer pada pasukan GRS pun juga diperlihatkan cukup detail sehingga membuat pertempuran pada film ini terasa realistis. 

Tokoh OZ sedang berjaga2 di markas CIA dengan Night Vision Google



4. No Air Support! No American Superpower! (spoiler alert)
Berbeda dengan film2 Michael Bay sebelumnya yang biasanya mempertontonkan kekerenan dan kesuperpoweran militer Amerika Serikat dengan serangan udara dari pesawat2 tempurnya, pada 13 Hours, pasukan GRS tidak mendapatkan dukungan serangan udara sama sekali, sehingga kemampuan tempur daratnya benar-benar dikerahkan sampai maksimal. Selain itu diperlihatkan juga kegagalan para pengawal dan pasukan GRS yang gagal menyelematkan dubes Chris Stevens yang membuat pasukan AS tidak terasa superpower. 

5. Maturity of Michael Bay Cinematography
Dari beberapa review kritikus, dibilang bahwa film ini merupakan film Michael Bay paling dewasa (karena itu mendapat rating oke). Bisa dilihat, biasanya Michael Bay mengeksploitasi banget nasionalisme Amerika, ledakan, cewek cantik, sama mobil bagus. Masih sih, tapi difilm ini agak kelihatan "menahan diri". juga Tidak full action, tapi diselipkan sedikit drama dengan visual yang tetep oke banget. 


Trivia:
- Meski film ini dapat beragam pujian (cacian juga sih), dan diklaim sebagai salah satu film terbaik Michael Bay, film ini mendapatkan penghasilan yang sangat rendah dibandingkan film-film Michael Bay lainnya yang mendapatkan cacian dari kritikus seperti serial Transformers dll. Mungkin temanya segmented banget kali ya. 
- Pelaku kejadian ini, Kris Tanto, Tig, Boon dan Oz ikut terlibat dalam produksi film ini sebagai penasehat militer Michael Bay. 
- dari beberapa adegan, dapat dilihat sepertinya film ini mengambil "Black Hawk Down" sebagai referensi visualnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me