Langsung ke konten utama

Keindonesiaan dan Keumatmanusiaan

Catatan: tulisan saya ini mungkin tidak bisa dipukul rata untuk semua bidang, karena ada beberapa bidang yg saya rasa sudah kondusif di Indonesia.

Dulu ketika saya masih dilanda Chauvinisme akut (cinta negara berlebihan) menganggap bahwa setiap warga Indonesia yg berkarir diluar negeri adalah kurang nasionalis.
Tapi setelah melihat realita yang terjadi memang ada beberapa bidang yg menurut saya memang tidak kondusif di negeri kita tercinta ini. Temuan2, hasil karya dan lainnya yang bisa menjadi solusi2 untuk umat manusia diberbagai bidang malah kadang jadi tidak bisa "muncul" akibat macam2, premanisme dari grassroot sampe lembaga pemerintah tertinggi, kebijakan2 yg kadang rancu, dll. Hasilnya? Belom para insan menerapkan hasil temuan atau karyanya sudah dihadang macem2. Upeti, rumitnya birokrasi, dan paling jahat sampai pencurian karya dan diklaim sendiri. Akibatnya para insan tersebut mungkin lebih memilih keluar negeri dan berkarya disana dengan kesejahteraan dan iklim kerja yg lebih kondusif.

Salahkah mereka?
Kalau dari sudut pandang chauvinis kayak saya dulu mungkin itu sangat merugikan bagi bangsa Indonesia dan saya menggangap mereka salah. Tapi kalau dari sudut pandanng yg lebih luas, yaitu kepentingan umat manusia, mungkin hal tersebut sah2 aja bahkan menjadi keputusan yg benar kalau mereka diluar negeri.
Contoh, misalnya seseorang punya temuan untuk mengatasi kanker. Di sini ia menghadapi rumitnya kondisi, gak ada pendanaan, fasilitas, bahkan dipalakim juga. Karena gak kondusif, ia pindah ke negara tetangga yg lebih akomodatif, akhirnya "obat kanker" nya jadi dan dijual keseluruh dunia atas nama negara mereka, dan efektif mengurangi kanker didunia.
Tentu mungkin nanti bakal ada yg menghina2 negara tetangga tersebut, "merebut aset negara", "pencuri!" Dll. Si orang tersebut jg kena omel "pengkhianat bangsa!" Dll.
Indonesia rugi (konsekuensi dari ketidakkondusifan negara pada bidang tsbt) , negara tetangga dapet untung (kompensasi dari kekondusifan negara mereka utk menghasilkan si obat kanker). Tapi yang lebih penting, umat manusia dapet solusi atas penyakit kanker.
So, saya sekarang sedikit berubah pola pikirnya, jika ada insan2 bangsa yg sedang berdiaspora selama mereka berniat menghasilkan karya2 apapun yg bermanfaat bagi umat manusia mari kita dukung! Tetapi memang saya sangat mengharapkam kalau orang2 hebat diluar sana bisa kembali ke Indonesia dan berkarya disini dan hasilnya bisa dinikmati rakyat Indonesia.

*sekali2serius *mungkinkurang piknik *renunganmalam *santeweh *IMHO *CMIIW

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me