Langsung ke konten utama

(Review) AVENGER : ENDGAME




April 2021 menandai 2 tahun pasca dirilisnya Avengers Endgames. Film ini menjadi penutup dari Fase 3 Marvel Cinematic Universe (MCU). Avengers Endgame merupakan puncak dari semesta MCU yang telah dimulai dari film Iron Man tahun 2008 (11 Tahun coyyy) yang didahului oleh 21 film sebelum film ini rilis.

Tentunya film puncak ini sangat ditunggu-tunggu dan membuat penasaran sejak ending film "Avengers Infinity War" (IW) yang brutal, mungkin kita semua bertanya-tanya bagaimana ngalahin Thanos dan memperbaiki keadaan? Kira-kira itu mungkin inti dari film ini.

Awalnya saya pikir "Ah ini hanya lanjutan dari film IW". Tapi kaget juga, ternyata film ini mempunyai nuansa yang berbeda dan memiliki keunikan tersendiri dari IW. Berikut ini beberapa elemen favorit gw dari film ini : 

1. Alur
Gw suka banget alur bercerita film ini. Pada awal film ini, penonton dibuat kecewa dan kehilanggan harapan bahwa Avengers bisa mengembalikkan keadaan semula, karena ternyata Infinity Stones telah dimusnahkan oleh Thanos. Meski Thanos dapat dibunuh, Avengers menelan kenyataan harus menghadapi dunia yang "diciptakan" Thanos. 

Sesi berikutnya, penonton pun diberikan harapan oleh Scott Lang a.k.a Ant Man melalui temuan dan teorinya soal Quantum Realm yang bisa dimanfaatkan untuk Mesin Waktu. Setelah ini, cerita bergulir tentang bagaimana Avengers membuat mesin waktu, mengambil Infinity Stones di masa lalu dan menghadapi musuh yang sama, yaitu Thanos, tetapi dari masa lalu. 3 Jam gak kerasa karena alur berceritanya menarik banget. 

2.Perubahan Karakter
Kegagalan Avengers di IW dan setengah populasi hilang menyisakkan kepedihan mendalam pada tiap Avengers sehingga mempengaruhi tiap karakater tersebut. Natasha Romanoff /Black Widow sangat sedih kehilangan teman-temannya sehingga menjadi workaholic. Tony Stark / Iron Man mencoba move on dan mulai membangun keluarga kecilnya dengan anak yang masih Balita, Morgan. Steve Rogers / Captain America mencoba tetap positif dan optimis dengan mengadakan sesi konseling, agar dapat meneruskan apa yang sudah dilakukan Sam Wilson (Falcon) yang telah tiada pasca IW.

Perubahan karakter Bruce Banner dan Thor menjadi favorit gw. Bruce Banner (Hulk) menyalahkan diri karena kalah 2 kali (sebagai Hulk dan Banner). Akhirnya 18 bulan mengurung diri di lab Sinar Gamma, dan menjadi "Professor Hulk", badan gede kayak Hulk tapi otaknya kayak Bruce Banner, pinter dan humoris. Thor, benar-benar kehilangan kepercayaan diri dan depresi (mengingat dia gagal di last minute menghentikan Thanos di IW) sehingga pelampiasannya adalah mengurung diri dirumah, minum-minum bir, makan dan main game, sehingga jadi Gendut.

Perubahan karakter tersebut membuat film ini sangat berwarna dari sisi penokohannya sehingga tidak bosan. 


3. Drama Time Travel
Time travel menjadi bahasan utama dalam film ini yang digunakan dalam mengambil Infinity Stones dari beberapa lini waktu. Yang gw suka, para Avengers ini tidak hanya melaksanakan tugas, tetapi juga seperti menemukan kembali apa hal-hal yang telah hilang dan dikubur dan seolah mensolve apa yang di masa lalu belum di selesaikan. 

Captain America / Cap sejak bangun dari tidur di es selama 70 tahun harus mengubur cintanya kepada Peggy yang sudah menua dan meninggal duluan. Saat kembali ke masa lalu ini, ia sempet bertemu Peggy di masa tersebut dan seolah gak bisa move on dan kembali membangun harapan untuk dapat menjalin cinta dengan Peggy, yang akhirnya dilaksankan di ending film, membuat hubungan normal dan stabil dengan Peggy dengan mesin waktu. 

Tony Stark / Iron Man, kalau dari film-film sebelumnya diperlihatkan kalau dia tidak akur dan dekat dengan ayahnya karena ayahnya super sibuk dan workaholic sehingga seolah ia tidak memiliki figur ayah. Ayahnya bersama ibunya pun tewas ketika Stark masih muda yang membuatnya trauma, stress di sepanjang hidupnya yang ia tutupi dengan sifat jenaka, eksentrik,playboy dll. Tony akhirnya mendapatkan kesempatan ketemu bapaknya ketika masih muda (bapaknya gak ngeh kalau itu anaknya kelak) dan  mendapat momen ngobrol-ngobrol paling lama  sepanjang hidupnya. Dari situ ia sadar juga bahwa Ayahnya pun kayak bapak-bapak pada umumnya yang khawatir gimana nanti ngerawat anak dan gak mau anaknya ngulangin kesalahan bapaknya. Dari situ seolah perasaan marah dan sedihnya selama ini yang ia pendam ke ayahnya langsung terselesaikan dan bisa melanjutkan misinya dengan hati lega. 

Thor, ia mendapatkan kesempatan bertemu dengan Ibunya lagi di masa lalu. Thor yang lagi demotivasi, fragile, dan merasa bersalah pun dapat kesempatan menumpahkan segala kesedihannya. Thor pun diberi nasehat oleh ibunya bahwa "Thor juga manusia", bisa gagal, bisa salah dan harus kembali bangkit untuk berjuang lawan musuhnya. Semangatnya pun muncul kembali dan mampu melawan sang musuh utama, Thanos. 

4. Comeback yang Epic!
Spoiler, ya nonton aja deh sendiri sana. Tapi intinya di adegan ini berkesan banget dari segala aspeknya, visual, music scoring dan choreography actionnya.  



Demikian review singkat saya soal Avenger Endgame.

Apa bagian favorit lo dari film ini?








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me