Langsung ke konten utama

Random Ramadhan : Berkaca dari Cap vs Cap


April 2021 ini menandai 2 tahun pasca dirilisnya film yang memberi kesan baik bagi banyak orang, yaitu Avengers End Games. Ada adegan yang sampai sekarang geli sendiri kalau nonton karena kok kerasa relate banget.

Ada 2 adegan. Yang pertama yaitu ketika the Avengers di masa kini (tahun 2023) harus time travel ke masa lalu di tahun 2012 untuk mencari infinity stones. Captain America / Steve Rogers harus kembali berada dalam satu lift dengan Agen-agen Shield (yang ternyata Hydra) agar dapat mengambil tongkatnya Loki. Seolah kayak déjà vu lagi dari film Captain America : Winter Soldier. Capt yang seolah akan adu jotos lagi seperti momen sebelumnya itu memilih untuk menggunakan cara yang lebih cerdik, yaitu dengan menggunakan frase ajaib “Hail Hydra” sehingga cap bisa mengambil tongkat Loki tanpa harus ada jotos.

Yang kedua adalah, setelah keluar dari lift, Captain America / Steve Rogers bertemu dengan dirinya di tahun 2012. Akhirnya pertarungan tidak terelakkan. Yang kocak adalah ketika Capt 2012 bilang “I can do this all day”, quotes favoritnya, Cap 2023 “yeah, I know I know”. Dan juga setelah itu, ia mengelabui Cap 2012 dengan kata kunci kelemahannya sendiri “Bucky”, sehingga ketika lengah, cap 2023 langsung melumpuhkan cap 2012. Seolah Cap malu banget ngeliat dirinya di masa lalu yang kaku, gak santai, dan gampang banget diungkit kelemahannya.

Dari kedua adegan tersebut seolah memperlihatkan bahwa Cap yang sekarang jauh lebih baik daripada Cap yang masa lampau dengan cara yang jenaka.

Gw ketawa sendiri pas lihat adegan itu. Kenapa? Karena gw pernah kayak gitu haha (tentunya tanpa time travel). Gw yakin temen-temen semua pernah ngalamin juga lah ya. Kalau ngeliat masa lalu kita sering melakukan kesalahan, kebodohan, alay dan punya sifat-sifat masa lampau yang bikin malu untuk diceritakan. “Apaan sih ya gw dulu ngelakuin itu” atau “duelah alay banget gw dulu” atau “malu-maluin gw dulu”.

Kalau gw lagi refleksi, setidaknya 10 tahun ke belakang, banyak banget trial and error yang gw lakuin. Hal-hal bodoh, naif, dan kedangkalan-kedangkalan pemikiran lainnya. Semakin dipikirin ya semakin “duh rasanya pengen ngulang dan nge-delete bagian itu”.

Tapi ya kalau dipikir-pikir ya gw yang sekarang (yang setidaknya sedikit lebih baik) bisa jadi kayak sekarang juga karena harus ngelewatin masa-masa “memalukan” tersebut, dari situ ya akhirnya banyak pengalaman, pembelajaran, nambah pengetahuannya yang membuat lebih dewasa dan lebih bijak.

Pada akhirnya ya memang kalau ingin berkembang dan bertumbuh gak ada cara lain selain menjalani proses kehidupan yang telah dipilih, menghadapi segala pahit, manis, asam, asin kehidupan.  Tapi dengan syarat kita harus mau terus belajar, menempa diri dan rutin evaluasi diri. Mungkin tanpa itu, kita akan cenderung stagnan saja (mungkin kalau di kasus Cap tadi, adegan di Lift nya bakal pake cara adu jotos lagi). Selain itu, juga harus sering minta kepada-Nya karena pilihan jalan sangat banyak, namun mana yang baik dan buruk kadang kita tidak tahu karena keterbatasan pengetahuan manusia. Bimbingan-Nya akan sangat krusial dalam perkembangan diri kita.

Sekian meracau hari ini.

 

Selamat menunaikan berbagai ibadah di bulan Ramadhan!

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me