Langsung ke konten utama

AIR DAN HUJAN

Pas liburan kemaren kebetulan nonton film dokumenter berjudul "Wild Weather: Water" yg dipresentasikan oleh salah satu presenter favorit saya, Richard Hammond dengan style khasnya yang jenaka dan dengan bahasa yg mudah dimengerti (yg dulu sering nonton Top gear pasti tahu). Film ini intinya ingin mengetahui tentang fenomena hujan. Berikut ini rangkumannya:
- Sebuah percobaan dilakukan dengan menggunakan helikopter yg membawa semacam spons yg digantung untuk menyerap air di awan . Setelah dikalkulasi, dan melakukan prediksi, maka diawan tersebut kurang lebih ada sekian ton air.
- percobaan berikutnya adalah, mencoba menumpahkan air sekian ton sekaligus dari ketinggian rendah, mungkin 4 m (pake semacam crane dan ember gede) ke sebuah sedan. Hasilnya sedan tersebut hancur, penyok dan kaca2nya pecah. Pertanyaannya kenapa hujan yg mengeluarkan air sekian ton kok gak ngancurin yg ada dibawahnya?
- berikutnya, Hammond membuat dan mencoba menghancurkan "istana" pasir (kayak dipantai) yg disiram dari deket (setinggi manusia), hasilnya hancur. Berikutnya Hammond mencoba lagi menghancurkan istana pasir dari sebuah menara. Hasilnya? Tidak hancur. Setelah di amati dengan video slow motion, dan penjelasan para ahli, diketahui bahwa saat air dijatuhkan dari menara akan "membentur" udara yg membuat air terpecah menjadi tetesan2 kecil sehingga pas nyampe tanah tidak memiliki kekuatan untuk menghancurkan istana pasir tersebut. Lalu bagaimana air kok bisa naik ke ketinggian tertentu sehingga menghasilkan tetesan air yg tidak merusak?
-percobaan berikutnya, Hammond bertemu dengan peneliti dari universitas Coventry (seinget saya). Ia menjelaskan tentang fenomena pembentukan awan dengan sebuah alat yg biasa dipakai untuk menganukan air (lupa istilahnya), sehingga air bisa menjadi tetesan kecil seperti asap yg bisa bikin adem di acara2 konser. Dapat dilihat, bahwa saat proses "menganukan" tersebut, air yg diubah menjadi partikel yg lebih kecil tersebut sempat naik kemudian jatuh lagi. Kemudian alat reesebut dicoba di taruh di ketinggian tertentu, dan terlihat bahwa partikel air tersebut jatuh.
- sesi terakhir (sebelum waktu itu saya pergi halal bihal ke rumah sodara, jadi agak lupa dan ada bagian yg gak ketonton), dijelaskan bahwa awan kurang lebih sama gejalanya. Awan yg kita lihat itu sebetulnya (lihat atau tidak terlihat selalu ada partikel air yg jatuh. Tetapi selalu ada air yg naik ke awan lagi akibat penguapan dan seterusnya.
Dari tayangan tersebut, dapat dilihat bahwa ciptaan Allah sangat detail. Jika hukum alam ciptakan berubah dikit aja, pasti berakibat fatal bagi manusia (contoh, kalo air hujan yg ada di awan ber ton2 turun di ketinggian rendah, hancur sudah peradaban manusia, dan bernasib sama kayak mobil tersebut).
Notes: mari jangan mensekat2kan ilmu Allah cuman ilmu agama aja. Tetapi ilmu alam pun juga bagian dari ilmu Allah yg dapat membuat kita semakin mengenal Allah
Demikian. Wallahualam. Silahkan koreksi kalau ada yg salah, dah aku mah apa tuh.
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Qs. Ghofir : 57).

"….dan Dia menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”.(Surat 25 : 2)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me