Langsung ke konten utama

OPINI – HAKTEKNAS 2017

Prototipe N250-100

Tulisan ini bukan tulisan ilmiah dan mungkin tulisan ini juga normatif dan udah semua orang tahu. Tulisan ini Hanya sekadar mengeluarkan isi pikiran saja.
Udah telat beberapa hari sih. Tapi momen Hari Kebangkitan Teknologi Nasional masih menarik untuk diperingati. Momen berhasil terbang perdananya pesawat N-250 buatan anak bangsa di IPTN (sekarang PT. DI) pada 10 Agustus 1995 menjadi titik yang disebut sebagai Kebangkitan Teknologi Nasional. Melalui momen ini diharapkan menjadi simbol Indonesia pada masa depan tidak hanya mengandalkan komoditas alam, pertanian, dll dalam urusan ekonomi, sosial politik dsb, tetapi juga membuat produk2 teknologi yang bernilai tambah tinggi.
Ada beberapa hal yang menurut saya perlu diingat oleh kita semua, yaitu para pelaku di bidang teknologi, baik wirausahawan, teknokrat diperusahaan, pembuat kebijakan yang semuanya menjadi stakeholder dalam hal menghasilkan produk teknologi.

1. PASAR
Pada dasarnya produk teknologi dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar (pengguna). Ada dua hal yang dipertimbangkan dari poin ini, yaitu fungsi dan bisnis. Produk yang memenuhi pasar memiliki fungsi yang dapat membuat pasar/penggunannya melakukan aktivitas hidupnya lebih mudah baik secara fisik (misalnya: dulu orang jalan kaki ke titik x bisa 1 jam, setelah ada motor jadi cuman 15 menit) maupun nonfisik (misalnya: estetika, karena motornya keren maka jadi lebih pede si penunggangnya). Kemudian, tentunya produk yang dibuat tentunya harus memenuhi aspek bisnis dari pembuatnya, yaitu menghasilkan keuntungan bagi para pembuatnya (perusahaan atau perorangan) agar perusahaan tersebut dapat menghasilkan produk teknologi secara berkelanjutan dan membuka lapangan pekerjaan. Aspek bisnis tercapai, maka diharapkan lapangan pekerjaan semakin meningkat dan memberantas kemiskinan.
Jadi produk teknologi menurut saya bukan dibuat untuk gaya-gayaan, atau menjadi simbol penyeteraan dengan bangsa lain, dan sebagainya tetapi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
2. INTEGRASI LINTAS KEILMUAN
Saat ini dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuat persaingan semakin dinamis yang menuntut kreatifitas dan kecepatan. Agar dapat mencapai hal tersebut, Produk teknologi sudah seharusnya harus dihasilkan dengan melibatkan lintas keilmuan, tidak hanya didominasi oleh lulusan teknik, enjinering dan sebagainya, tetapi juga keilmuan lainnya seperti ilmu seni, desain, sosial, bisnis dll. Pelibatan lintas keilmuan diharapkan dapat mengurangi waktu iterasi pengembangan produknya
contoh: Bikin produk canggih punya fitur a,b,c,d, tetapi pas diriset oleh orang marketing, pasar gak cuman butuh fitur a dan b aja. Dan pas dianalisis dari segi bisnis ternyata juga gak ekonomis bagi kondisi perusahaannya. Jika dilibatkan dari awal orang marketing dan bisnis maka resiko produk teknologi gagal dipasaran akan semakin kecil)
3. POLITIK
Karena produk teknologi umumnya membutuhkan modal cenderung gede, maka dari para penguasa di negeri ini perlu ada beberapa kebijakan politik, khususnya dalam proteksi, pembinaan,modal dan integrasi antar institusi. Kebijakan proteksi, Kalau dibiarkan head to head sama pesaing dari negara lain yang sudah lebih serba siap dan menawarkan harga yang kompetitif maka akan kolaps lah perusahaan2 teknologi Indonesia (sama lah negara- negara maju pun juga pake kebijakan proteksi juga). Tentunya tidak bisa selamanya diproteksi terus, para pelaku teknologi harus bisa mandiri. Maka kebijakan pembinaan dan modal perlu diaplikasikan agar para pelaku yang baru memulai bisa lebih mapan dan stabil sehingga pelaku yang baru makin tumbuh meluas. Integrasi antar institusi yaitu Pemerintah, Industri, Perguruan Tinggi / Lembaga riset perlu disinergikan agar setiap potensi pada institusi tersebut dapat terberdayakan maksimal. (Jadi gak ada cerita rebutan proyek riset, beberapa institusi riset yang perannya beda, ngeriset hal yang sama). Mungkin proyek-proyek nasional perlu ditingkatkan jumlahnya sebagai alat untuk mensinergikan hal tersebut.
4. SUMBER DAYA MANUSIA
Pada akhirnya kemajuan teknologi di suatu bangsa ya karena sumber daya manusianya. Tentunya dalam membuat produk atau perusahaan teknologi, sumber daya manusianya perlu dibekali ilmu pengetahuan dan keterampilan (hardskill). Sekali lagi, ilmu pengetahuan dan keterampilan juga tidak terbatas ilmu teknik, tetapi juga ilmu-ilmu lainnya. (contoh: mau bikin pesawat ya harus tau ilmu tentang pesawat dan peta persaingannya).
Kemudian, sumber daya manusia dibidang teknologi perlunya dibangun mentalitasnya. Mentalitas saya batasi dalam urusan motivasi dan etos kerja. Baik mentalitas berdasarkan agama dan non agama. Mentalitas berdasarkan agama yaitu mengingat bahwa bekerja membangun produk teknologi juga bagian dalam ibadah kepada tuhan. (contoh: Jika kita asal-asalan dalam membuat produk teknologi yang membuat orang lain celaka kita akan selalu ingat bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan perintah Tuhan).
Mentalitas berdasarkan selain agama saya khususkan dalam mental kewirausahaan (entrepreneurship) yaitu mentalitas ingin selalu berkembang, mencari solusi, etos kerja tinggi, sense of Effective and Efficient dan sebagainya. Ya tidak semuanya harus jadi pengusaha, tetapi mentalitas tersebut harus ada pada pelaku wirausaha, di perusahaan ataupun di pemerintahan.
Aspek ini menurut saya sangat vital. Menurut saya Jika aspek sumber daya manusia tidak dibangun, maka buyar sudah aspek 1,2,3, gak akan dilihat lagi. Semua motivasinya dilakukan hanya untuk kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan nasional (misal: pemangku kebijakan bikin kebijakan yg nyusahin perusahaan startup lokal karena si pemangku kebijakan udah “dibeli”, bikin proyek riset teknologi gak sesuai kebutuhan pasar karena sekadar asal riset, uang negara keserap=beres dll)
Demikian. Ya saya (atau kita semua) pengen banget suatu saat, minimal 50% produk teknologi yang kita pake tiap hari adalah produk teknologi yang dihasilkan oleh orang Indonesia dari perusahaan Indonesia dengan brand orisinal. Insya Allah bisa. Man Jadda wa Jadda.
Selamat Hari Kebangkitan Teknologi Nasional!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me