Langsung ke konten utama

TITIK PERUBAHAN : MASA-MASA PENEMPAAN DI SMA

Kalau mengingat-mengingat apa salah satu titik perubahan dalam hidup gw adalah ketika masa SMA. Pada masa kecil hingga SMP, gw bisa dibilang orang yang cukup manja. Pemalu, penakut dan sangat mengandalkan orang lain serta orang yang super gak pedean. Mungkin itu semacam sifat default gw sih, mengingat latar belakang gw adalah anak bungsu (anak ke 2 dari 2 bersaudara). Jadi mungkin gw cenderung selalu "berlindung" di balik bokap atau kakak gw. Momen yang bisa menggambarkan keadaan gw waktu itu adalah ketika itu kami sekeluarga lagi naik mobil menuju acara, dan gw disuruh turun sebentar balikin Laser Disc (masih inget piringan CD yang super gede itu?) ke tempat penyewaan. Tapi karena gw takut dan malu, akhirnya gw pura-pura tidur dan akhirnya kakak gw yang turun balikin. 

Pas menjelang masuk SMA (kebetulan gw keterima di SMA 28 Jakarta), entah kenapa kepikiran dan sadar "rasanya kalau sifat gw seperti ini terus gak baik kedepannya ". Jadi gw memutuskan untuk mencoba berubah. Lalu bagaimana caranya?  Gw memutuskan untuk melakukan hal yang belum pernah sebelumnya, yaitu BERORGANISASI. 

Gw mengikuti beberapa organisasi sekaligus, yaitu OSIS/MPK, Organisasi Pecinta Alam (URAL) dan Unit Kesenian. 2 organisasi pertama bahkan bisa dibilang organisasi yang "keras" pendidikannya. Pendidikan dan orientasi pun dimulai sebelum jadi anggota. Tentu saja gak mudah. Dimarahin dan adu argumentasi dengan senior, hukuman fisik (push up dll), tugas-tugas kolektif dan segala kegiatan yang menyita waktu gw alami dan menuntut saya untuk membagi waktu dengan waktu belajar. karena mengingat SMA 28 salah satu sekolah unggulan, saya cukup keteteran dengan standar akademisnya (minimal nilai 70 semua mata pelajaran). Jadi saya menghadapi  dua tantangan, akademis dan non-akademis. 

Selama proses tersebut pun selalu kepikir penyesalan telah memilih jalan ini dan sempet kepikir untuk berhenti saja supaya bisa hidup "santai". Tapi memang entah gimana saya terus lanjut selain karena memang teman-teman yang menyemangati, juga takut sama senior (haha) , ada keyakinan bahwa gw gak boleh berhenti dan harus terus sampai beres. Sampai kelas 2  pun saya tetap berorganisasi di ketiga organisasi tersebut. Dari mulai jadi ketua divisi classmeeting, pengurus organisasi dan sebagainya saya jabani. Mengikuti "ratusan" rapat, mengutarakan pendapat dan adu argumen, evaluasi, mengurus acara di dalam maupun diluar kota hingga mengurus perijinan acara ke pihak sekolah, polisi hingga dinas pendidikan pernah saya lakukan. Bisa dibilang 2 tahun tersebut benar-benar menempa mental saya dalam mengelola waktu, pikiran dan fisik. Jujur itu, tidak mudah bagi saya yang orangnya gampang kepikiran dan takutan.

Tahun ke 3 gw sudah lepas jabatan dari semua organisasi dan fokus ke akademis untuk persiapan masuk universitas. Disinilah gw baru sadar akan manfaat selama 2 tahun menempa diri tersebut. Manfaat yang saya dapat antara lain: 

1. PERCAYA DIRI. 
Kepercayaan diri gw benar-benar nambah. Gw jadi percaya diri dalam menghadapi orang, berani berbicara di depan orang banyak, berani jadi pemimpin upacara, berani mengutarakan pendapat didalam forum organisasi maupun di keluarga, pokoknya hal-hal yang sebelum SMA gw gak berani karena gak pede, kini pede untuk melakukannya.

2. RASA TANGGUNG JAWAB
Berorganisasi bisa dibilang menjadi ajang melatih tanggung jawab. Tanpa adanya tanggung jawab, maka kegiatan-kegiatan gak akan jalan walau konsepnya sebagus apapun. Ketika diberi tanggung jawab, sebetulnya kita bisa bikin alasan macem-macem untuk tidak melakukannya, gw cukup struggling di masalah ini. Sempet mangkir dari tanggung jawab beberapa kali. Tapi ya meski saya selalu diawalnya takut menerima tanggung jawab, beberapa tugas yang diberikan di organisasi Insya Allah gw bisa laksanakan sampai selesai. 

3. MENTAL PANTANG MENYERAH
Berorganisasi itu juga sangat melatih mental. Rencana dan realisasi kadang beda jauh dari harapan, masalah-masalah yang gak keduga, hambatan berbagai pihak serta beban urusan akademis yang cukup besar kadang bisa bikin kita menyerah. Ya disinilah mental kita diuji, apakah kita tetap lanjut menyelesaikan tugas organisasi atau mundur. Ini juga bagian yang cukup struggling karena basic sifat gw adalah gampang menyerah. Mental ini sangat ditempa saat berorganisasi di URAL. Naik gunung saat pelantikan Ural bener-bener melatih mental karena lo di alam, gak bisa menyerah. Mau gmn kalau menyerah? gak ada helikopter di tengah gunung, senior lo juga gak akan mau gendongin, jadi ya harus pantang menyerah. 

4. TEAM WORK
Berorganisasi, hampir keseluruhannya adalah mengelola acara dari mulai konsep dan perencanaan, realisasi hingga evaluasi. Mengelola acara tidak bisa sendirian, dibutuhkan kerjasama tim, berbagi peran sehingga acara bisa jalan. Semua saling membutuhkan, tidak ada yang lebih penting dan semua bekerja untuk satu tujuan, acara berjalan. Yap, teamwork juga hal yang baru buat saya ketika itu, sehingga butuh waktu lama untuk terbiasa. 

5. KENAL BANYAK ORANG
Digojlok bareng, rapat bikin acara bareng, bercapek-capekan sampe begadang bareng, hingga remedial ulangan bareng (upps) tentunya bikin kita tidak hanya tahu, tetapi mengenal teman-teman kita dalam satu organisasi maupun luar organisasi. Ini poin plus yang sangat gw sukai. Punya banyak teman. at least punya banyak kenalan walau gak sampe jadi temen banget. 


Hal-hal tersebut yang membuat gw banyak berubah setelah keluar SMA. Dan gw sangat mensyukuri hal tersebut. Mungkin ya ilham tersebut juga merupakan "hidayah" dari Allah dan doa orang tua saya. Dan sekali lagi, hal yang gw lalui tersebut gak mudah dan sangat keluar dari zona nyaman gw. 

Sesuai dengan pepatah :

 "Takkan lahir seorang pelaut yang ulung di laut yang tenang" . 


Dan  kutipan dari Buya Hamka :

"Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. 
Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah  melangkah.
Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertamakita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua”.

Semoga bermanfaat! 

Mungkin seri tulisan berikut gw bakal nyeritain detail pas di osis dan di ural. 

Pengurus OSIS MPK . (paling kanan)

Pelantikan Ural 28

Pelantikan Ural (2).








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me