Langsung ke konten utama

Ramadhan, Taqwa dan Sosial

Selamat datang Bulan Ramadhan 2020 (1441 H)!

Alhamdulillah disaat pandemi Covid-19 kita masih diberi kesempatan untuk masuk ke Bulan Ramadhan. Semoga kita semua dapat melakukan ibadah puasa, solat tarawih, baca Quran dan sebagainya. Walau hanya dirumah saja. Insya Allah bulan Ramadhan akan semakin memperkuat jiwa kita dalam menghadapi krisis akibat pandemi tersebut. 

Pada tulisan ini, saya akan membahas sedikit tentang topik yang sering dibahas di bulan Ramadhan, yaitu Taqwa. Seperti yang disebutkan di Al-Baqarah ayat 183, Ibadah Puasa pada bulan Ramadhan yang ditujukan bagi orang-orang Beriman, bertujuan untuk membentuk pribadi-pribadi yang bertaqwa. Mungkin karena kendala bahasa, kita mungkin belum memahami makna kata “taqwa”. Saya mungkin tidak akan membahas definisinya. Tapi langsung membahas apa saja ciri-ciri orang yang bertaqwa. Saya sendiri sempat berpikir bahwa orang taqwa itu orang yang gak pernah dosa, gak pernah salah dan seperti pertapa. Tetapi ternyata tidak begitu. 

Ciri-ciri orang bertaqwa sebetulnya disebutkan dibanyak surat di Alquran, salah satunya disebutkan pada surat 3 Ali Imran 133-135 yaitu antara lain :


1. Konsisten dalam Berinfak. 

Konsisten dalam membantu orang lain adalah sifat orang bertaqwa. Baik disaat dia memiliki cukup harta ataupun tidak, ia akan selalu ingin berinfak, memberikan sesuatu dan membantu kepada orang lain. Jika ia memiliki harta yang cukup dia berinfak harta. Jika tidak memiliki harta yang cukup, maka ia berinfak tenaga dan pikiran. Jika tidak memiliki keduanya, maka ia mendoakan. Intinya adalah ia selalu ingin membantu orang lain. 


“(yaitu) orang-orang yang berinfak baik di waktu lapang maupun sempit,…….” 
(3 Ali Imran 134)


2. Pengendalian Diri Terhadap Amarah 

Dari yang pernah dijelaskan dalam sebuah kajian, pengendalian diri menjadi salah satu ciri orang bertaqwa. Khususnya dalam urusan amarah. Ketika menghadapi konflik, mungkin akan selalu ada kecenderungan ingin marah dan jika orang yang bersangkutan minta maaf, maka ia enggan memaafkan, entah karena kadung sakit hati ataupun sekadar gengsi. Maka ciri orang bertaqwa adalah dia bisa mengendalikan amarahnya dan memaafkan orang lain.

“...dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(3 Ali Imran 134)


3. Pengendalian Diri Saat Berbuat Keji 

Manusia tidak ada yang sempurna. Ada kalanya manusia khilaf melakukan perbuatan dosa besar, keji dan merugikan diri sendiri. Yang membedakan orang bertaqwa adalah ketika berbuat dosa tersebut, ia mengingat Allah, memohon ampun kepada-Nya dan tidak meneruskan perbuatannya. Taubat. 


“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
(3 Ali Imran 135)


Kira-kira itulah beberapa ciri-ciri orang Bertaqwa. Pada ayat-ayat tersebut kita dapat melihat bahwa dimensi bertaqwanya bukan hanya dimensi ritual dan diri sendiri, tetapi dimensi sosial dan bermasyarakat. Karena itu menjadi orang bertaqwa harusnya juga menjadi pribadi yang baik dalam berkehidupan sosial. Masih banyak ciri orang bertaqwa lainnya, mari sama-sama kita pelajari untuk mengisi bulan Ramadhan tahun ini. Semoga Ramadhan kali ini dapat meningkatkan ketaqwaan kita, khususnya pada ayat-ayat tersebut.

Demikian tulisan singkat saya. Semoga bermanfaat. Jaga kesehatan ya, tetap lakukan himbauan pemerintah dalam physical distancing, cuci tangan dan work from home (jika memungkinkan). 

Wassalamualaikum Wr. Wb.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me