Langsung ke konten utama

Why Captain America is My MCU Favorite Character?

Tahun 2019 kemarin bisa dibilang klimaksnya film-film jagat Marvel Cinematic Universe (MCU) dengan diluncurkannya "Avengers Endgame" yang sangat sukses secara komersial sebagai film penutup dari MCU Fase 3 (walaupun sebetulnya penutupnya adalah Spiderman : Far From Home. Tapi menurut saya bisa dibilang hanya menjadi "cerita tambahan" dari fase ini). 

* Thanks MCU telah membuat 10 tahun terakhir diisi film-film keren dan asik!*. 

Selain itu, mungkin bisa dibilang juga sebagai tahun "perpisahan" untuk beberapa tokoh original Avengers versi MCU ini yaitu Iron Man dan Captain America khususnya. Ditulisan ini mau cerita tentang kira-kira "Siapa tokoh MCU favorit lo?". Memang awalnya agak susah jawabnya karena banyak tokoh-tokoh menarik di MCU. Langsung saja lah saya sebut, dia adalah : 

CAPTAIN AMERICA / STEVE ROGERS!

Walau pada awalnya gw sangat menyukai karakter Tony Stark, tetapi setelah muncul Captain America series, maka pilihan gw berubah. Berikut ini alasan-alasan kenapa Cap jadi tokoh favorit gw: 

1. Best Stand Alone Trilogy
Secara film stand-alone trilogynya, menurut gw Captain America menurut gw paling berhasil dari segi cerita, variasi nuansa dan action-nya tentunya. 

Pada Captain America : First Avenger, kita dibawa ke masa Perang Dunia II dan melihat "kelahiran" Captain America hingga aksi militernya di medan perang Eropa hingga "kematiannya" yang menjadi legenda. Nuansa yang menarik, karena jarang-jarang film Superhero latar belakangnya jadul. 

Kemudian berlanjut ke Captain America : The Winter Soldier. Cap yang "hidup kembali" harus berjuang beradaptasi pada kehidupan modern dan juga keanehan-keanehan pada organisasi yang menaunginya, SHIELD hingga harus berhadapan dengan The Winter Soldier. Nuansa di film ini pun berubah menjadi film modern,action-spionase-science fiction. Dan bisa dibilang ini salah satu film paling oke di jagat MCU. 

Captain America : Civil War pun tidak kalah menarik. Bahkan lebih menarik lagi karena nuansanya pun berbeda lagi. Cerita menjadi kekuatan pada film ini dengan bumbu politik dari cerita soal diterbitkannya peraturan "Socovia Accords" yang menimbulkan perpecahan diantara Avengers  disamping misteri tentang masa lalu The Winter Soldier, Hydra, dan sang musuh yang cerdik (meski gak punya kekuatan superhero). 


2. From Zero to Hero
Mungkin karena gw sendiri sejak kecil punya kecenderungan kurang percaya diri, Gw jadinya selalu suka dan selalu merasa empati dengan kisah-kisah tokoh "underdog" berubah jadi pahlawan. Kisah-kisah From Zero to Hero. Tony Stark, dari sononya udah pinter, percaya dirinya tinggi dan udah tajir mampus. Thor juga anak raja yang makmur dan udah dikasih kekuatan super. Beda sama Steve Rogers. Bisa dibilang hampir gak punya apa-apa. Imigran miskin, yatim piatu dan badan kecil sakit-sakitan. Yang dia punya cuman hati yang baik dan tulus, mental pantang menyerah dan keinginan untuk mengabdi untuk kepentingan orang banyak. Kekuatan fisiknya pun lahir dari Serum Super Soldier. Tapi ternyata dia juga punya skill set yang bisa buat dia survive dikalangan Avengers (lihat no. 3)

3. Leadership
Cap bukan yang terkuat, tapi karena integritasnya dan pengalaman-pengalaman tempur membuat dia memiliki jiwa kepemimpinan dan bisa baca situasi dikala genting, sehingga ia paling tahu bagaimana memberdayakan para superhero agar bisa bertarung efektif lawan musuh (lihat di film Avengers). Jadinya Avengers pun nurut ama perintah Cap saat bertugas. Ini juga jadi semacam mimpi gw juga sih, pengen banget suatu saat gw yang gak pinter-pinter banget ini,  bisa mimpin orang-orang terpinter dan terkuat didunia. haha *di amin kan sajalah.  

4. "Never Give Up" Mentalilty!
"I can do this all day" (gw bisa berantem seharian), quotes yang selalu diucapkan Cap ketika lagi bertarung mati-matian dengan lawannya, walau kadang musuh jauh lebih kuat dibandingnya. Ini jadi simbol dari sifat pantang menyerah yang membuat tokoh Cap menarik dan inspiratif. Mungkin puncak hiperbola dari sifat Cap ini adalah pada "Avengers Endgame" yaitu ketika Thanos sudah menurunkan semua pasukannya,sementara Iron Man, pingsan, Thor sengkle dan tinggal Cap saja yang masih bisa berdiri, mengencangkan sabuk perisainya dan tetap maju walau udah sempoyongan kearah pasukan Thanos.

Kira-kira begitulah alasan mengapa Cap menjadi tokoh favorit gw. Kini Cap pun sudah "pensiun" dan gelar "Captain America" sudah disematkan ke sidekicknya, Sam Wilson a.k.a Falcon. Sampai jumpa Capt. Rogers!

Siapa tokoh MCU favorit dan elo banget?? Apa alasannya? Tulis di kolom komentar ya! 



See you Cap!

NOMINEE

Best Film in Trilogy : Captain America : The Winter Soldier
Best Costume : "Stealth Suit" in Captain America : The Winter Soldier
Best Overall Action : Captain America : The Winter Soldier
Best Fight : Bingung antara "Cap vs Bucky" in The Winter Soldier atau "Cap with Mjolnir vs Thanos" 
Best Drama : Captain America : Civil War
Best Villain : Baron Helmut Zemo (Captain America : Civil War)
Best Sidekick : Sam Wilson (Falcon)


Stealth Suit


Best Fight!
Cap confront Thanos with Mjolnir




Catatan : 

Review saya untuk film Captain America : Civil War bisa dilihat di 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me