Langsung ke konten utama

Naik Gunung & Zikir

Masa Stay at Home di masa pandemi Covid 19 ini jadi tantangan tersendiri buat kita semua. Salah satunya adalah mengatasi rasa bosan dan terkekang. Tapi mari kita bersabar dan mengikuti himbauan pemerintah agar pandemi ini cepat berakhir. Sekarang kita mulai Ngayal aja yuk. Sambil sedikit ngobrolin topik-topik agama dalam rangka bulan Ramadhan ini. 

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS 3:190-191)

Aktivitas mengingat Allah (Zikir) umumnya kita pahami dilakukan hanya ketika ibadah ritual (solat). Padahal Zikir bisa dimana saja. Buat gw, salah satu kegiatan yang menginpirasi kita untuk selalu berzikir adalah ketika wisata alam. Mungkin gw spesifik saja bahas wisata naik gunung. Karena gw lagi cukup rindu naik gunung. Terakhir naik gunung tahun 2016. 

Naik gunung merupakan aktivitas yang sangat menuntut kekuatan fisik dan mental. Bagi yang belum pernah, ya bayangin aja, lo ngeliat gunung setinggi itu dari kejauhan, nah kita naik sampai puncaknya. Ketika naik, secara alam aja tentunya nanjak bikin fisik terkuras. Kemudian masalah suhu yang rendah sehingga kita perlu logistik yang memadai. Perlengkapan, makanan dan minuman harus dibawa memadai agar wisata naik gunung tidak berubah menjadi “bunuh diri / ngerepotin orang di gunung”. Dan seterusnya. 

Naik gunung sudah pasti akan membawa diri kita ke tengah alam liar jauh dari hiruk pikuk kota (Kecuali gunung-gunung yang pendek, yang puncaknya udah kayak pasar). Di dalam alam liar inilah yang membuat kita menemukan hal-hal yang bisa mendekatkan dan memikirkan Sang Pencipta kita, Allah swt. Apa saja? Mari kita bahas. 


Keluar Dari Peradaban Manusia 

Naik gunung merupakan aktivitas yang membuat kita keluar dari peradaban manusia. Secara umum kita tidak akan menemui perumahan, toko dan sinyal handphone (tergantung gunung yang mana). Hal-hal tersebut membuat kita deg-degan, entah apa yang akan terjadi, dan mungkin banyak variabel yang tidak bisa kendalikan. Banyak variabel yang bisa membuat kita celaka seperti bencana alam, kecelakaan (keseleo dan sebagainya), kesasar, ketemu binatang buas maupun ketemu mahluk halus. Yang bisa kita lakukan mempersiapkan diri sebaik-baiknya baik fisik, mental dan logistik agar pendakian gunung tidak menjadi bencana. Setelah persiapan sudah oke, tak ada hal lain yang bisa kita lakukan selain berdoa kepada yang Maha Kuasa agar perjalanan selamat. Umumnya para pendaki akan melakukan doa bersama di awal pendakian. 


Gunung

Kalau ngeliat gunung itu sendiri saja dari kejauhan, kita pasti sudah ngerasa, “Wow’ karena skalanya sangat besar, tinggi, gede, dan masif. Dari situ saja kita sudah ngeliat bahwa jika dibandingkan dengan diri kita, jauh sekali. Terus tentu saja kita tidak bisa buat yang setara dengan itu. Tiap gunung juga memiliki bentuk, karakteristik dan keindahan yang berbeda-beda. Mempelajari sains gunung itu sendiri akan ditemukan berbagai macam hal yang dapat dimanfaatkan untuk umat manusia. Karena itu, gunung menjadi karunia-Nya untuk umat manusia. 
“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk”, (QS 16 :15) 

Gunung Ijen (2016)

Gunung Papandayan (2013)

Kawah Vulkanik dari Puncak Gunung Gede (2006)



Air 

Saat naik gunung, air menjadi persediaan yang vital harus dibawa oleh pendaki. Kalau gak ya bakal terancam dehidrasi hingga kematian. Mungkin ketika di peradaban, air gak terlalu kita pikirkan karena sudah muncul di kamar mandi dan air minum muncul dalam kemasan. Ketika naik di beberapa gunung, kita akan menemukan berbagai sumber air, baik berupa mata air, atau sungai – air terjun. Kalau ada sumber ini, maka beruntung sekali para pendaki karena kita dapat mengisi kembali cadangan minuman kita yang habis atau digunakan untuk memasak, bersih-bersih dan sebagainya di perkemahan. Kita baru berasa air sangat vital saat terjadi kelangkaan seperti naik gunung ini. Tanpa air, kita tidak akan bisa bertahan hidup. Pernahkah kita renungkan dari mana sumber air tersebut berasal? 
“Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?” (QS 56:68-70) 
“Dialah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebahagiannya menjadi minuman dan sebahagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu.” (QS 16:10) 

Sebuah Sumber Air Panas di Gunung Gede (2006)

Sumber air di Gunung Papandayan (2015)


Tumbuhan dan Hewan 

Hampir setiap gunung yang kita naiki, khususnya di wilayah tropis seperti Indonesia akan selalu diliputi hutan dan kita masuk didalamnya. Masuk ke hutan buat gw perpaduan antara mencekam dan takjub karena lo akan masuk suasana yang sunyi, merdu, memiliki bau yang khas dan suasana udara yang beda pokoknya. Di dalam hutan ini kita akan menemui beragam jenis pohon dan tumbuhan lainnya dengan bentuk, tekstur, warna yang beragam. Dari ngeliat pohon dan tumbuhan saja, harusnya kita bisa jadikan bahan untuk zikir. Kok bisa ya tumbuh sendiri sampe tinggi gitu? Kok bisa bervariasi gitu? Kok bisa ya ….. 

Selain tumbuhan, jika beruntung anda akan menemukan beragam hewan liar. Gw sendiri pernah ketemu sama burung, serangga (tentunya), tupai, monyet dan babi hutan di gunung. Di sebagian gunung konon ada juga yang masih pernah ketemu macan. Ekosistem hutan ini memberikan kehidupan tersendiri bagi hewan liar tersebut. 

Di saat darurat, misalnya kesasar dan kehabisan logistik, kita bisa memanfaatkan berbagai tumbuhan dan hewan untuk bertahan hidup. Misalnya dengan memakan tumbuhan-tumbuhan tertentu, buah-buahan dan juga beberapa hewan liar. Minum dari air lumut atau bisa juga memanfaatkan ranting-ranting untuk membuat api untuk menghangkatn tubuh. Tentunya harus tahu ilmunya dulu, gak bisa sembarangan. 


“Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya” 
(QS 55:6)  
“ Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?” (QS 56:63-64) 
“ Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dengan menggosok-gosokkan kayu). Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?” (QS 56:71-72) 
“ Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya.”(QS 15:20) 

Suasana Hutan di Gunung Gede (2006)

Padang Edelweys di Alun-alun Suryakencana, Gunung Gede (2006)

Vegetasi di ketinggian sekian, Gunung Kinabalu, Malaysia (2009)

Kantong Semar, Gn. Kinabalu (2009)

Tupai di Gn. Kinabalu (2009)

Musang? Gn. Gede (2006)


Bintang, Bulan dan Matahari 

Buat gw, suasana malam hari di gunung itu luar biasa. Meski, makanan dan minuman panas serta obrolan-obrolan bersama rekan pendaki bisa menghangatkan suasana, tetapi malam di gunung akan selalu ada perasaan mencekam karena gelap dan dingin-menggigil. Tetapi di saat yang bersamaan lo akan mendapatkan keasyikan tersendiri. Kalau cuaca lagi bagus, gak ada awan, kita akan bisa menikmati bulan dan bintang SETERANG-TERANGNYA! Karena minim polusi cahaya, bulan bisa jadi jelas banget dan menerangi jalan kita. Pas tengah malam, hamparan Bintang akan muncul sangat jelas dan gw selalu takjub! Biasanya muncul di pikiran gw “betapa kecil diri kita”, “luasnya alam semesta sampai mana yak”, “ada kehidupan gak ya di luar sana?”, “mungkin gak ya semua misteri di alam semesta ini terjawab?” dst. Waktu yang sangat tepat untuk merenung diri kita sendiri, ciptaan-Nya, dan Sang Pencipta. 

Biasanya esok paginya, para pendaki akan mencari-mencari titik yang bisa buat lihat matahari terbit (sunrise), entah melanjutkan pendakian di pagi dini hari hingga puncak, atau sekadar berjalan sedikit dari tempat perkemahan. Sunrise menghasilkan 2 hal. Yang pertama adalah pemandangan yang sangat menakjubkan! Warna langit akan kejingga-jinggaan, apalagi didukung dengan landscape alam yang indah pasti akan membuat para pendaki ingin mengabadikan momen tersebut dengan kameranya masing-masing. Yang kedua, terbitnya matahari akan menghasilkan kehangatan bagi para pendaki setelah semalaman hingga pagi kedinginan. 

“ Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya)” (QS 16:12) 

Ilustrasi bintang di malam hari. Tapi gak pernah dapet yang lebih bagus karena butuh peralatan ekstra. Cuman bisa diinget di kepala aja. hehe  Gn. Papandayan (2013)

Sunrise di Gn. Ijen (2016)



Sunrise di Gn. Papandayan (2013)


Kira-kira itulah beberapa dari kegiatan naik gunung yang bisa bikin kita zikir kepada Allah. Seharusnya orang-orang yang naik gunung tidak membuat dirinya semakin sombong atau takabur, tetapi makin merendah karena sadar bahwa diri kita bukan apa-apa di mata-Nya. 

Semoga bermanfaat dan bisa sejenak membawa imajinasi kita kembali ke Gunung. 





Setelah Pandemi COVID 19 ini berakhir, mimpi lo mau naik gunung apa ??



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Camp On Farm : Melihat Langsung Proses Pengolahan Biji Kopi

Berawal dari sebuah obrolan singkat dan diajak oleh seorang teman, saya memutuskan untuk mengikuti acara  Camp on Farm yang diadakan  Agritektur (sebuah komunitas yang concern di bidang pangan. CMIIW ) . Camp on Farm telah diadakan beberapa kali sebelumnya dengan mengunjungi berbagai lokasi pengolahan bahan makanan. Kini Camp on Farm yang  diadakan pada tanggal 21-22 Juni 2014 mengunjungi sebuah Kebun Kopi di Gunung Puntang, Jawa Barat. Melalui acara ini kita diajak untuk melihat secara langsung proses pembuatan kopi dari mulai pemetikan hingga penyajian di atas meja makan. Sebetulnya saya bukan seorang Coffee Geek yang tau mana bedanya kopi enak dan enggak (wawasan saya cuman luwak white coffe aja haha). Namun, berlandaskan keingintahuanlah yang membuat saya ikut. Hari I  Setelah sekitar 2 jam perjalanan dari Bandung menggunakan minibus, kami disambut oleh beberapa orang yang tergabung dalam koperasi bernama Klasik Beans Cooperative . Dan ternyata koperasi yang beranggotaka

Belajar Leadership dari “Band of Brothers”

Leadership (kepemimpinan) menjadi salah satu topik yang gw perhatikan sejak sekitar 5 tahun terakhir. Sebetulnya mungkin jauh sebelum itu. Alasan gw tertarik bukan karena gw tipikal “ leade r banget” gitu, tapi justru gw defaultnya kurang banget jiwa kepemimpinannya. Karena itu gw selalu coba belajar untuk bisa meningkatkan kapasitas kepemimpinan gw. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam otak gw, kapan ya gw mulai tertarik, atau setidaknya aware bahwa ada topik atau ilmu soal leadership ? TK, SD rasanya gw gak banyak terpapar karena gw gak ikut paskibra dan sebagianya. Paling sempet tahu sedikit kalau bokap gw memimpin perusahaannya sendiri. Terus juga paling gw sempet inget gw pertama kali jadi pemimpin upacara adalah saat SD. Atau tahu kalau tim bola ada kaptennya. Tapi tetap gak ngerti esensinya.  Setelah gw inget-inget lagi, kayaknya gw mulai aware sekitar SMP. Bukan dari kegiatan sekolah, bukan dari buku, tapi dari mini-series yang gw tonton, yaitu “Band of Brothers” .  Bagi pecint

MEMPERTAJAM KONSEP DESAIN DENGAN DESIGN REQUIREMENT & CONSTRAINT (DRC)

Catatan: Bukan tulisan ilmiah. Jadi mungkin gak valid buat bahan referensi karya tulis ilmiah Masih perlu dilengkapi sumber referensi                                     Pengaplikasian teori pada tulisan ini sangat kondisional, tergantung jenis produk, kondisi perusahaan dan lain-lain. Mungkin dalam kondisi tertentu keseluruhannya bisa dilakukan, atau sebagian saja. Sebagai sebagai desainer (khususnya desainer produk) mungkin anda pernah mengalami situasi kebingungan ketika anda ditugaskan oleh atasan/klien anda untuk mengembangkan suatu produk tanpa arahan yang jelas, umumnya arahannya hanya "buatin dong konsep desain yang bagus yang keren", "buatin dong desain yang bisa laku dipasar"dan sebagainya. Akibatnya, desain yang diinginkan tidak memiliki arah yang cukup jelas sehingga desainer menjadi terlalu "liar" dalam membuat konsep dan mungkin terjebak dalam eksplorasi bentuk dan sketsa saja. Akibatnya, desain dari sejak konsep me